Saat pertama kali menerima buku ini saya berharap ada sekelumit cerita mengenai asal-usul dan perjalanan hidup Nabi Khidir a.s.
Memang ada di prolognya, tetapi hanya sedikit. Padahal mungkin tidak banyak orang yang tahu atau hafal mengenai kehidupan Nabi Khidir a.s. Bagaimanapun juga namanya tidak tercantum dalam daftar 25 Rasul (dan saya sudah mendendangkan 25 Rasul-nya Raihan untuk memastikannya :D)
Nabi Khidir a.s terlahir dengan sendok perak dimulutnya dan kekuasaan dalam genggamannya. Tapi semua itu tidak membuat ia puas. Jiwanya terus menerus gelisah dan mencari sesuatu. Pencariannya kemudian sampai ke suatu titik dimana ia menemukan Tuhan pada awan yang berarak, langit yang tak bertiang dan bumi yang terbentang.
Buku ini merupakan penjabaran dari doa Nabi Khidir a.s dilengkapi dengan kisah-kisah yang mendukungnya. Pada akhir buku disediakan doa Nabi Khidir a.s ini berikut terjemahannya. Sungguh membaca doa sangat menerbitkan air mata dan teringat akan dosa-dosa yang menumpuk.
Nah, karena doanya lumayan panjang ga mungkin semuanya saya bahas disini. Jadi saya akan ambil bagian ini saja sebagai contoh.
Ya Allah! Aku memohon dengan Rahmat-Mu segala sesuatu
Bagi kebanyakan orang, doa ini mungkin baru dikeluarkan dimasa-masa sulit atau kesusahan. Saat kesulitan dan kesusahan itu berlalu, doa inipun kembali tersimpan disudut terdalam kotak ingatan. Tetapi apabila kesulitan ini berlanjut, kemarahan dihatipun muncul. Kenapa Allah tidak mengabulkan doa kita? Kenapa Allah tidak memberikan jawaban atas permasalahan kita?
Kita terlupa bahwa setiap tarikan napas, detak jantung, setiap langkah kita adalah rahmat yang diberikan Allah kepada kita.
Jujur saja, saya mungkin termasuk kepada golongan ini. Masih teringat 1,5 tahun yang lalu ketika saya harus terbaring berminggu-minggu dirumah sakit, tidak bisa duduk apalagi berjalan. Setiap sore menangis kesakitan karena efek obat penahan sakit yang mulai menghilang sementara jadwal obat berikutnya masih satu jam lagi datangnya. Pada saat itu saya mempertanyakan apa salah dan dosa saya sehingga diberi ujian seberat itu. Padahal kalau dipikirkan sekarang saya sadar sekali kalau dosa dan amalan saya itu masih berat sebelah (berat ke dosa maksudnya).
Pada masa itu setiap shalat saya selalu berzikir memohon ampunan dan kesembuhan. Tiada hari yang terlewat tanpa doa-doa keluar dari mulut saya. Tapi seiring dengan kesembuhan saya, zikir dan doapun mulai berkurang. Saat ingat dilakukan, saat tidak ingat...
Astaghfirullah, ya Allah mohon gugahkan pikiranku untuk mengingat-Mu selalu...
Doa Nabi Khidir a.s ini bertujuan untuk mendekatkan kita kepada Allah dan membuat kita sadar bahwa pasrah kepada Allah adalah sebuah kesiapan untuk menyelami liku-liku kehidupan.
Dan seperti yang disarankan Ali bin Abi Thalib kepada muridnya, Kumail bin Ziyad, “...bacalah doa ini setiap jumat malam atau sekali sebulan atau sekali seumur hidupmu. Niscaya Allah Swt akan memberimu kecukupan, kemenangan, rizky dan pengampunan-Nya tidak akan pernah hilang darimu.”
Semoga ini bisa saya amalkan. Amiin...