Judul : Fantasy
Pengarang : Novellina A.
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2014
ISBN : 978-602-03-0355-0
Halaman : 312
Rating : 4 of 5 stars
Sinopsis :
Butuh tujuh tahun bagi Davina
untuk memberanikan diri menginjak Tokyo, mengejar kembali apa yang telah hancur
saat ia membiarkan Awang pergi mengejar impian. Perjalanan ini bukan semata
untuk memenangkan kembali cintanya, namun ia membawa benih mimpi sahabatnya,
Armitha: mimpi untuk berada satu panggung kompetisi piano bersama Awang untuk
membuktikan siapa yang terhebat di antara keduanya.
Fantasy berarti mimpi, imajinasi. Hingga sejauh apa Davina,
Armitha, dan Awang melalui jalan mimpi yang tak pernah mudah? Inilah saatnya
cinta, persahabatan, kesetiaan, dan kepercayaan teruji. Dari Surabaya, Tokyo,
Singapura, Paris, Berlin, hingga Wina, mereka berlari menyambut mimpi, mencoba
membuktikan bahwa mimpi tidak terlalu jauh untuk digapai selama mereka selalu
melangkah untuk meraihnya.
Review
Davina dan Armitha sudah
bersahabat sejak masuk SMA. Yang satu adalah gadis cantik pendiam, kutu buku
dan memegang peringkat pelajar terbaik di sekolah. Yang satu lagi lebih terbuka,
emosional dan terang-terangan, selalu mengatakan apa yang dirasakannya.
Kemudian Awang datang. Dengan terang-terangan
Awang meminta Davina mengenalkannya kepada Armitha, karena ia naksir dengan
cewek yang angkuh dan judes itu. Tetapi karena sering bercerita kepada Davina
itulah, Awang pun menyadari kalau ia jatuh cinta kepada Davina.
Davina sangat menyukai Awang yang
sedang bermain piano. Pada awalnya ia hanya melihat cowok itu sebagai orang
yang dibantunya untuk mendekati sahabatnya. Tetapi pesona Awang yang sedang
bermain piano dan kedekatan mereka membuat Vina jatuh cinta. Saat menyadari
perasaannya Vina langsung menghindari Awang, mencoba mengikis rasa yang muncul
di hatinya.
Bagi Armitha, Awang adalah tolak
ukur yang harus dikalahkannya. Penyemangat dalam mengejar cita-citanya untuk
menjadi pianis seperti Awang. Tetapi seiring berjalannya waktu, Mitha menyadari
bahwa Awang adalah bagian hidupnya yang tak tergantikan.
Kehidupan ketiganya saling
bertaut dan berpilin, tidak bisa lepas dari satu dengan lainnya.
Buku ini ditawarkan untuk
direview di facebook BBI, dan saat saya lihat sinopsisnya ada kata-kata ‘kompetisi
piano’ dan ‘Dari Surabaya, Tokyo, Singapura, Paris, Berlin, hingga Wina..’ saya
langsung mikir “Waahh... mesti baca ini!”
Kenapa? Karena mengingatkan saya
akan Nodame Cantabile. Dan setelah menerima buku ini, dibagian Ode to Joy
(alias bagian terima kasih) ada keterangan kalau penulis mulai tertarik dengan
dunia klasik setelah menonton Dorama Nodame (sudahkah membaca manga-nya? The best manga ever, menurut
saya). Membaca keterangan ini saya langsung tahu kalau saya emang berjodoh
dengan buku ini :)
Kisah buku ini berpusat kepada
hubungan segitiga antara Davina-Awang-Armitha. Awang yang mula-mula naksir
Armitha akhirnya malah jatuh cinta kepada Davina. Bagi Armitha sendiri hal itu
bukan masalah, toh yang diinginkannya dari Awang adalah keahliannya bermain
piano. Armitha belajar banyak dari Awang, bahkan mereka berdua kemudian
mengikuti les musik untuk meningkatkan kemampuan mereka. Cita-cita mereka
berdua setelah tamat SMA adalah masuk ke salah satu universitas musik ternama
di Perancis dan kemudian saling bertarung di kompetisi piano, mencari tahu
siapa yang terbaik diantara mereka berdua.
Tetapi kesempatan Awang datang
jauh lebih cepat. Ia ditawari beasiswa sekolah musik ke Jepang, dan itu berarti
Awang harus menyelesaikan SMAnya di Jepang. Berat bagi Davina untuk melepaskan
Awang, tapi ia juga tidak ingin menghalangi mimpi cowok tersebut. Davina
kemudian mengambil keputusan. Awang-pun kemudian dilepaskannya.
Buku ini terbagi atas 2 bagian,
yaitu bagian masa lalu (2005) yang menceritakan kisah ketiga tokoh kita ini saat
masih duduk di bangku SMA. Mulai dari awal pertemuan, kedekatan, tumbuhnya
bibit cinta dan perpisahan.
Buku kedua berisi bagian masa
sekarang, saat Davina menginjakkan kaki di Jepang, berusaha mengejar kembali
cinta yang hilang dan meminta bantuan Awang mengembalikan mimpi Armitha yang
hancur berantakan.
Di setiap bagian terdiri dari
beberapa bab yang kadang berubah sudut pandang dari Davina ke Armitha, walaupun
tetap sudut pandang Davina yang lebih utama. Sayangnya tidak ada kisah dari
sudut pandang Awang, sehingga kita tidak bisa merasakan bagaimana sebenarnya
perasaan Awang kepada kedua gadis ini. Kita hanya mengetahui dari sudut pandang
Davina dan Armitha, yang saling tahu bahwa mereka memiliki tempat tersendiri di
hati Awang.
Dan sungguh, saya pengen tahu apa
yang dirasakan Awang saat Armitha mengkonfrontasinya mengenai perasaan Awang kepadanya.
Syok-kah Awang saat menyadari bahwa di salah satu sudut hatinya ternyata
berdiam seorang Armitha, dan bukan hanya Davina? Apakah ia mengalami
pertentangan batin saat memilih gadis mana yang akan menemani langkahnya, atau
apakah memang tidak ada pilihan sama sekali?
Yah, saya hanya tahu hasil
akhirnya saja saat Awang berkata “I
always love you Mit. Tapi tetap rasanya ada yang salah.”
Davina menentukan naik turunnya
emosi di buku ini. Dan karena ia gadis yang cenderung tenang dan menyimpan
perasaan, tidak banyak pula gejolak yang dirasakan di buku ini. Tetapi walaupun
buku ini terasa tenang bukan berarti datar, perasaan sendu Davina membuat kita
sendu juga :)
Davina, yang merupakan tokoh
utama di buku ini, memiliki sifat seperti martyr menurut saya. Ia rela mengalah
demi kepentingan orang lain. Dan kadang ini bikin saya gregetan juga. Apalagi ketika
Armitha menuduhnya menghancurkan hidup Awang dan hidupnya. Rasanya saya pengen
ngomel “Ayo dong, bela dirimu sendiri!”
Dan saya juga pengen tahu darimana
sifat dewasa Davina itu berasal. Apakah emang sudah lahirnya begitu ataukah
mungkin ada hubungan dengan kepergian ayahnya? Menurut saya hal ini perlu
dibahas sedikit untuk membuat kita lebih mengerti tentang Davina.
Oh ya, kalau ada yang saya
komplain dari buku ini adalah pemakaian bahasa Inggris yang lumayan banyak.
Ya...ya..ya..
saya tahu ini metropop, dan pemakaian bahasa Inggris dalam cerita adalah hal
yang umum. Tetapi di halaman 282 ada pemakaian bahasa Inggris yang mencapai
satu paragraf penuh, dan merupakan bagian yang penuh informasi yang memaksa
Armitha melihat apa saja yang telah dilakukan Davina untuknya. Dan saya ga mau
tulis disini karena nanti bisa spoiler.
Tapi intinya, ga semua pembaca
metropop bisa berbahasa Inggris lancar. Kalau hanya sekalimat atau sepenggalan
kata mungkin tidak akan berpengaruh bagi pembaca, karena bisa dilewatkan saja. Tapi
kalau kalimat panjang yang memiliki peranan penting dalam buku ini, menurut
saya lebih baik dituliskan dalam bahasa Indonesia saja. Jadi pembaca tidak
kehilangan poin penting dari buku ini.
Secara keseluruhan buku ini enak
dibaca. Walaupun dilatar belakangi dengan musik klasik, tidak membuat kita yang
tidak familiar dengan musik klasik tersebut jadi minder. Musik klasik disini
diperkenalkan dengan ringan dan lengkap dengan foot note yang ringkas sehingga kita tidak perlu mengernyitkan dahi
karena tidak mengerti.
Kisah cinta segitiga yang
diusungnya juga tidak membuat kita sakit hati, karena tidak ada pihak yang
jahat disini. Yang ada hanyalah hati yang terbagi...
catt : review juga bisa dilihat di
blog saya yang ini