Pages

Friday, May 3, 2013

Harry Potter & The Goblet of Fire by J.K. Rowlings



My Stars : 5 of 5 stars

Buku keempat ini dibuka dengan gegap gempitanya Piala Dunia Quidditch yang setelah sekian lama akhirnya diadakan di Inggris. Harry diundang ke pertandingan ini oleh keluarga Weasley. Tentu saja Harry senang, karena itu berarti setengah masa liburannya akan dihabiskan bersama keluarga Weasley dan Hermione. Tetapi ternyata kegembiraan perayaan piala dunia ini dirusak oleh pengikut the Dark Lord yang entah kenapa mendadak muncul dengan berani mengganggu para muggle dan menimbulkan histeria massa. Apalagi ketika tanda kegelapan kembali bersinar di langit malam.

Ketika kembali di sekolah, Harry dan teman-teman kembali dikejutkan (emang banyak kejutan dibuku ini) dengan diadakannya kembali pertandingan Triwizard yang telah beberapa tahun tidak diadakan karena sering mengancam nyawa para pesertanya.

Pertandingan Triwizard ini merupakan pertandingan yang diikuti oleh tiga sekolah yaitu Hogwards, Beauxbatons dan Drumstrang. Tujuannya adalah mempererat hubungan antar sekolah. Untuk mencegah banyak kecelakaan, pertandingan ini dibatasi untuk yang berumur diatas 17 tahun saja. Tentu saja banyak yang keberatan dengan persyaratan ini , terutama Fred & George yang akan berulangtahun ke 17 hanya beberapa bulan lagi. Tidak putus asa, kedua menelan ramuan penambah umur pada saat hendak memasukkan namanya ke Piala Api. Dan gagal.

Yang tidak diperkirakan oleh semua orang adalah pada saat nama ketiga peserta dari masing-masing sekolah telah diumumkan, Piala Api kembali melontarkan sebuah nama. Siapa lagi kalo bukan nama Harry Potter. Dia kan tokoh utama dibuku ini. Hehehehehe...

Bukannya melonjak-lonjak gembira karena bisa ikutan lomba ini, Harry malah pusing sendiri. Gimana tidak, sahabat yang paling diandalkannya malah cemburu padanya. Masa Harry terus sih yang jadi pusat perhatiaan? Belum lagi kecurigaan Harry bahwa namanya dimasukkan sebagai peserta karena ingin mencelakakan dirinya.

Buku keempat dari seri Harry Potter ini merupakan salah satu favorit saya. Dan menurut saya inilah buku terakhir dimana kita masih bisa merasa suasana sukaria sekolah sebelum sepenuhnya diisi dengan kegelapan dibuku 5, 6 dan 7.

Membaca suasana Piala Dunia Quidditch serasa nonton piala dunia sepakbola. Euphorya, kegembiraan dan ketegangannya begitu kental terasa. Tidak seperti saat kita membaca pertandingan quidditch di Hogwards.

Saat membaca ulang buku ini, satu hal penting yang saya sadari adalah bahwa Hermione bukan saja seorang sahabat bagi Harry dan Ron. Hermione merupakan perekat bagi persahabatan Harry dan Ron. Tanpa adanya Hermione mungkin persahabatan Harry dan Ron tidak akan lama karena kedua sama-sama keras kepala.

Dan satu hal lagi yang saya sesali adalah, kenapa Moody? Dari semua guru pertahanan guru hitam, Moody lah yang paling menarik (lebih menarik daripada Lupin). Emang sih dibuku-buku selanjutnya Moody asli keluar juga dan sifat curigaannya masih bikin geli, tapi tetap saja saya mikirnya kenapa bukan guru lainnya yang jadi penjahatnya. Kenapa Moody?

Dan percayalah, saat kita sampai dibuku 5 nanti saya akan pertanyakan, KENAPA SIRIUS?!!?

Ada banyak hal sih yang pengen saya ceritakan dari buku ke-4 ini. Tapi pada akhirnya saya hanya bisa bilang, buat yang belum baca Harry Potter ayo buruan dibaca. Ga ada kata terlambat untuk memulai membaca seri ini kok :)

No comments:

Post a Comment