My Stars : 5 of 5 stars
Buku keempat ini dibuka dengan
gegap gempitanya Piala Dunia Quidditch yang setelah sekian lama akhirnya
diadakan di Inggris. Harry diundang ke pertandingan ini oleh keluarga Weasley.
Tentu saja Harry senang, karena itu berarti setengah masa liburannya akan
dihabiskan bersama keluarga Weasley dan Hermione. Tetapi ternyata kegembiraan
perayaan piala dunia ini dirusak oleh pengikut the Dark Lord yang entah kenapa
mendadak muncul dengan berani mengganggu para muggle dan menimbulkan histeria
massa. Apalagi ketika tanda kegelapan kembali bersinar di langit malam.
Ketika kembali di sekolah, Harry
dan teman-teman kembali dikejutkan (emang banyak kejutan dibuku ini) dengan
diadakannya kembali pertandingan Triwizard yang telah beberapa tahun tidak diadakan
karena sering mengancam nyawa para pesertanya.
Pertandingan Triwizard ini
merupakan pertandingan yang diikuti oleh tiga sekolah yaitu Hogwards, Beauxbatons
dan Drumstrang. Tujuannya adalah mempererat hubungan antar sekolah. Untuk
mencegah banyak kecelakaan, pertandingan ini dibatasi untuk yang berumur diatas
17 tahun saja. Tentu saja banyak yang keberatan dengan persyaratan ini ,
terutama Fred & George yang akan berulangtahun ke 17 hanya beberapa bulan
lagi. Tidak putus asa, kedua menelan ramuan penambah umur pada saat hendak
memasukkan namanya ke Piala Api. Dan gagal.
Yang tidak diperkirakan oleh
semua orang adalah pada saat nama ketiga peserta dari masing-masing sekolah
telah diumumkan, Piala Api kembali melontarkan sebuah nama. Siapa lagi kalo
bukan nama Harry Potter. Dia kan tokoh utama dibuku ini. Hehehehehe...
Bukannya melonjak-lonjak gembira
karena bisa ikutan lomba ini, Harry malah pusing sendiri. Gimana tidak, sahabat
yang paling diandalkannya malah cemburu padanya. Masa Harry terus sih yang jadi
pusat perhatiaan? Belum lagi kecurigaan Harry bahwa namanya dimasukkan sebagai
peserta karena ingin mencelakakan dirinya.
Buku keempat dari seri Harry
Potter ini merupakan salah satu favorit saya. Dan menurut saya inilah buku
terakhir dimana kita masih bisa merasa suasana sukaria sekolah sebelum
sepenuhnya diisi dengan kegelapan dibuku 5, 6 dan 7.
Membaca suasana Piala Dunia
Quidditch serasa nonton piala dunia sepakbola. Euphorya, kegembiraan dan
ketegangannya begitu kental terasa. Tidak seperti saat kita membaca
pertandingan quidditch di Hogwards.
Saat membaca ulang buku ini, satu
hal penting yang saya sadari adalah bahwa Hermione bukan saja seorang sahabat
bagi Harry dan Ron. Hermione merupakan perekat bagi persahabatan Harry dan Ron.
Tanpa adanya Hermione mungkin persahabatan Harry dan Ron tidak akan lama karena
kedua sama-sama keras kepala.
Dan satu hal lagi yang saya
sesali adalah, kenapa Moody? Dari semua guru pertahanan guru hitam, Moody lah
yang paling menarik (lebih menarik daripada Lupin). Emang sih dibuku-buku
selanjutnya Moody asli keluar juga dan sifat curigaannya masih bikin geli, tapi
tetap saja saya mikirnya kenapa bukan guru lainnya yang jadi penjahatnya. Kenapa
Moody?
Dan percayalah, saat kita sampai
dibuku 5 nanti saya akan pertanyakan, KENAPA SIRIUS?!!?
Ada banyak hal sih yang pengen
saya ceritakan dari buku ke-4 ini. Tapi pada akhirnya saya hanya bisa bilang,
buat yang belum baca Harry Potter ayo buruan dibaca. Ga ada kata terlambat
untuk memulai membaca seri ini kok :)
No comments:
Post a Comment