Showing posts with label J.K. Rowling. Show all posts
Showing posts with label J.K. Rowling. Show all posts

Thursday, December 8, 2016

Fantastic Beasts and Where to Find Them: The Original Screenplay by J.K. Rowling



Judul                : Fantastic Beasts and Where to Find Them: The Original Screenplay
Pengarang      : J.K. Rowling
Penerbit         : Pottermore
Tahun              : 2016
ISBN              : B01ETJABQK
Halaman         : 304
Rating             : 3 of 5 stars



When Magizoologist Newt Scamander arrives in New York, he intends his stay to be just a brief stopover. However, when his magical case is misplaced and some of Newt's fantastic beasts escape, it spells trouble for everyone…

Fantastic Beasts and Where to Find Them marks the screenwriting debut of J.K. Rowling, author of the beloved and internationally bestselling Harry Potter books. Featuring a cast of remarkable characters, this is epic, adventure-packed storytelling at its very best.

Whether an existing fan or new to the wizarding world, this is a perfect addition to any reader's bookshelf.



Newt Scamander memiliki tujuan khusus saat mengunjungi Amerika, negara yang begitu berbeda dengan negeri asalnya. Saat sedang asyik mengalami sekelompok orang yang sedang menonton seorang wanita berpidato di depan sebuah bank, Newt ditabrak oleh seseorang. Orang tersebut, Jacob Kowalski, sedang terburu-buru menuju bank untuk memenuhi temu janji agar bisa mendapatkan pinjaman untuk membuka toko rotinya. Tanpa disadari oleh Newt dan Jacob, koper mereka ternyata saling tertukar.

Saturday, October 24, 2015

Career of Evil (Cormoran Strike #3) by Robert Galbraith



Judul        : Career of Evil (Cormoran Strike #3)
Penulis     : Robert Galbraith (J.K. Rowling)
Penerbit    : Mulholland Books
Tahun        : 2015
ISBN         : 9780316349932
Halaman    : 497
Rating        : 4 of 5stars


Sinopsis :

When a mysterious package is delivered to Robin Ellacott, she is horrified to discover that it contains a woman's severed leg.

Her boss, private detective Cormoran Strike, is less surprised but no less alarmed. There are four people from his past who he thinks could be responsible--and Strike knows that any one of them is capable of sustained and unspeakable brutality.

With the police focusing on the one suspect Strike is increasingly sure is not the perpetrator, he and Robin take matters into their own hands, and delve into the dark and twisted worlds of the other three men. But as more horrendous acts occur, time is running out for the two of them...

Career of Evil is the third in the highly acclaimed series featuring private detective Cormoran Strike and his assistant Robin Ellacott. A fiendishly clever mystery with unexpected twists around every corner, it is also a gripping story of a man and a woman at a crossroads in their personal and professional lives.


Review :

I choose to steal what you choose to show
 And you know I will not apologize—
 You’re mine for the taking.
I’m making a career of evil…
 

Setelah berhasil menuntaskan dua kasus besar yang berkaitan dengan orang-orang ternama, biro detektif Cormoran Strike berjalan dengan mulus. Selalu ada kasus yang mereka tangani yang berarti pendapatan tetap bagi biro detektif tersebut.

Hingga suatu hari Robin Ellacot, sekretaris/partner Cormoran, menerima sebuah paket yang berisi kaki kanan seorang perempuan. Media massa pun heboh. Apakah potongan kaki ini berhubungan dengan sang detektif yang juga kehilangan kaki kanannya saat perang?

Bagi Cormoran Strike sendiri tidak hanya kiriman kaki itu saja yang membuat ia harus menelusuri kembali masa lalunya. Sepucuk surat yang menyertai kaki tersebut berisikan lirik lagu band terkenal yang ditato di tubuh ibunya, Leda, sang groupie rock band terkenal. Dan satu persatu kliennya memutuskan hubungan kerja dengan Cormoran.

Cormoran kemudian mendata orang-orang yang pernah dijebloskanya ke penjara dan berniat membalas dendam kepadanya. Ada empat orang tersangka. Yang satu dieliminasimya karena tipe pembalasan yang tidak sesuai, tiga orang lagi tidak diketahui dimana keberadaannya. Yang disayangkannya, polisi malah ngotot menyelidiki orang yang dieliminasi Cormoran hingga terpaksalah ia dan Robin menyelidiki sendiri tiga tersangka lainnya.

Dan tidak cukup dibuat pusing oleh semua itu, Cormoran pun harus berhadapan dengan perubahan-perubahan sikapnya terhadap Robin.

"He had known, almost from the moment they had met, that Robin represented a threat to his peace of mind..."


Sejak munculnya judul ketiga seri Cormoran Strike ini saya emang udah nggak sabar pengen bacanya. Gradasi warna di covernya sangat memikat. Ditambah lagi dengan membaca sinopsisnya yang seakan membawa kita menuju masa lalu Corm yang masih belum kita ketahui secara detail selama ini.

Buku ini menggunakan dua sudut pandang, yaitu sudut pandang orang ketiga untuk Cormoran Strike dan Robin Ellacot, dan sudut pandang orang pertama bagi si pembunuh. Dari sudut pandang si pembunuh itu kita bisa mendapatkan beberapa informasi yang kita gunakan untuk menebak siapa pelaku pembunuhan dan mutilasi ini.

Kasus yang ditangani oleh Corm dan Robin kali ini bersifat sangat pribadi karena berhubungan dengan karir masa lalu Corm. Selama menjadi seorang SIB, Corm telah memasukkan cukup banyak orang kedalam penjara. Tiga dari empat tersangka terhubung kepada Corm melalui SIB sementara seorang lagi lebih merupakan dendam pribadi bagi Corm, karena itulah orang yang di curigai Corm telah membunuh ibunya.

Selain dibawa menelusuri perjalan karir Cormoran dimasa lalu, kita juga dibawa ke kehidupan pribadinya. Terutama kehidupan Cormoran dibesarkan ibunya. Seperti yang kita ketahui dari buku-buku sebelumnya, ayah Corm tidak memiliki peranan dalam kehidupannya kecuali dari segi keuangan.

"Whether she liked it or not—whether he liked it or not—Strike was her best friend in London"

Selain masa lalu Corm kita juga akan dibawa menuju masa lalu Robin. Pertengkarannya dengan Matthew, tunangannya, semakin memuncak ketika ada pihak lain yang mengompori, hingga terkuak satu kesalahan yang pernah dilakukan Matthew dimasa lalu. Bukan hanya jenis kesalahannya yang membuat Robin murka, tetapi juga waktunya. Ketika Robin memutuskan untuk berhenti kuliah. Acara pernikahan mereka yang dijadwalkan dua bulan lagi terancam batal. Satu-satunya tempat Robin berpaling adalah Cormoran Strike.

Walaupun tidak menyukai Matthew setidaknya saya tahu bahwa laki-laki ini sungguh mencintai Robin. Hanya saja sepanjang waktu saya terus bersorak, "Sekarang waktunya Corm! Sekarang waktunya mendekati Robin!"

Tapi yah, belajar dari Harry Potter saya merasa bakal butuh dua buku lagi supaya mereka benar-benar jadian (itupun kalo Rowling tidak memunculkan tokoh perempuan lain untuk menggantikan Robin).

Dari segi kasus, secara pribadi saya pikir biasa-biasa saja dibandingkan dua buku sebelumnya. Hingga pertengahan buku saya sudah bisa menebak pelaku dari pola pembunuhan sekarang dan kejahatan yang dilakukan dimasa lalu. Tapi penulis seringkali menebarkan kabut (asap) keraguan yang membuat saya harus memikirkan kembali teori saya. Yang sulit ditebak itu adalah mencari tahu dimana pelaku ini sebenarnya berada.

Dan ending buku ini...

Aaahhhhh... Kenapa selama beberapa bulan ini saya sering membaca ending yang seperti ini? Tau nggak sih satu tahun itu lama sekali?

Oh ya, sewaktu seri ini pertama kali rilis di tahun 2013 tersebar kabar bahwa J.K. Rowling sudah menyelesaikan beberapa judul buku untuk seri ini. Dibuku ini terbukti bahwa rumor tersebut adalah benar
Kemungkinan besar buku ini ditulis di tahun 2011 karena ada sebuah peristiwa besar yang sedang terjadi saat itu di Inggris menjadi penunjuk settingan waktu di buku ini.

Apa itu?

Silakan dibaca sendiri :)

Friday, May 3, 2013

Harry Potter & The Goblet of Fire by J.K. Rowlings



My Stars : 5 of 5 stars

Buku keempat ini dibuka dengan gegap gempitanya Piala Dunia Quidditch yang setelah sekian lama akhirnya diadakan di Inggris. Harry diundang ke pertandingan ini oleh keluarga Weasley. Tentu saja Harry senang, karena itu berarti setengah masa liburannya akan dihabiskan bersama keluarga Weasley dan Hermione. Tetapi ternyata kegembiraan perayaan piala dunia ini dirusak oleh pengikut the Dark Lord yang entah kenapa mendadak muncul dengan berani mengganggu para muggle dan menimbulkan histeria massa. Apalagi ketika tanda kegelapan kembali bersinar di langit malam.

Ketika kembali di sekolah, Harry dan teman-teman kembali dikejutkan (emang banyak kejutan dibuku ini) dengan diadakannya kembali pertandingan Triwizard yang telah beberapa tahun tidak diadakan karena sering mengancam nyawa para pesertanya.

Pertandingan Triwizard ini merupakan pertandingan yang diikuti oleh tiga sekolah yaitu Hogwards, Beauxbatons dan Drumstrang. Tujuannya adalah mempererat hubungan antar sekolah. Untuk mencegah banyak kecelakaan, pertandingan ini dibatasi untuk yang berumur diatas 17 tahun saja. Tentu saja banyak yang keberatan dengan persyaratan ini , terutama Fred & George yang akan berulangtahun ke 17 hanya beberapa bulan lagi. Tidak putus asa, kedua menelan ramuan penambah umur pada saat hendak memasukkan namanya ke Piala Api. Dan gagal.

Yang tidak diperkirakan oleh semua orang adalah pada saat nama ketiga peserta dari masing-masing sekolah telah diumumkan, Piala Api kembali melontarkan sebuah nama. Siapa lagi kalo bukan nama Harry Potter. Dia kan tokoh utama dibuku ini. Hehehehehe...

Bukannya melonjak-lonjak gembira karena bisa ikutan lomba ini, Harry malah pusing sendiri. Gimana tidak, sahabat yang paling diandalkannya malah cemburu padanya. Masa Harry terus sih yang jadi pusat perhatiaan? Belum lagi kecurigaan Harry bahwa namanya dimasukkan sebagai peserta karena ingin mencelakakan dirinya.

Buku keempat dari seri Harry Potter ini merupakan salah satu favorit saya. Dan menurut saya inilah buku terakhir dimana kita masih bisa merasa suasana sukaria sekolah sebelum sepenuhnya diisi dengan kegelapan dibuku 5, 6 dan 7.

Membaca suasana Piala Dunia Quidditch serasa nonton piala dunia sepakbola. Euphorya, kegembiraan dan ketegangannya begitu kental terasa. Tidak seperti saat kita membaca pertandingan quidditch di Hogwards.

Saat membaca ulang buku ini, satu hal penting yang saya sadari adalah bahwa Hermione bukan saja seorang sahabat bagi Harry dan Ron. Hermione merupakan perekat bagi persahabatan Harry dan Ron. Tanpa adanya Hermione mungkin persahabatan Harry dan Ron tidak akan lama karena kedua sama-sama keras kepala.

Dan satu hal lagi yang saya sesali adalah, kenapa Moody? Dari semua guru pertahanan guru hitam, Moody lah yang paling menarik (lebih menarik daripada Lupin). Emang sih dibuku-buku selanjutnya Moody asli keluar juga dan sifat curigaannya masih bikin geli, tapi tetap saja saya mikirnya kenapa bukan guru lainnya yang jadi penjahatnya. Kenapa Moody?

Dan percayalah, saat kita sampai dibuku 5 nanti saya akan pertanyakan, KENAPA SIRIUS?!!?

Ada banyak hal sih yang pengen saya ceritakan dari buku ke-4 ini. Tapi pada akhirnya saya hanya bisa bilang, buat yang belum baca Harry Potter ayo buruan dibaca. Ga ada kata terlambat untuk memulai membaca seri ini kok :)

Monday, January 28, 2013

Harry Potter dan Batu Bertuah by J.K. Rowling



 My Rating : 5 of 5 stars



Harry Potter, bocah yang baru saja mencapai umur sebelas tahun, sama sekali tidak pernah menyangka bahwa ia adalah seorang legenda. Legenda di dunia yang juga tidak pernah diketahuinya ada.

Bayangkan saja betapa terkejutnya Harry ketika mendapat undangan untuk bersekolah di Hogwarts, sekolah untuk para penyihir. Di dunia baru ini Harry mendapatkan banyak pengalaman pertama. Pertamakali mendatangi Diagon Alley, pasar para penyihir, pertamakali naik kereta ajaib yang membawanya ke sekolah barunya, pertamakali menaiki sapu terbang, dan yang terpenting diatas segalanya adalah pertama kali mendapatkan sahabat-sahabat yang mendukungnya hingga akhir.




Ada hal-hal tertentu yang tak bisa dialami bersama tanpa kalian jadi saling menyukai...





Selama tahun pertamanya di Hogwarts, Harry mendapatkan banyak pengalaman yang membuatnya bahagia, kesal dan juga menegangkan. Bahagia karena di Hogwarts-lah Harry  merasa akhirnya ia berada dirumah, kesal karena ternyata masih ada orang-orang seperti sepupunya Dudley yang suka mem-bully orang-orang lain dan menegangkan karena musuh lama yang menyebabkan Harry menjadi yatim piatu akhirnya muncul kembali, berusaha merintis jalan agar bisa mendapatkan kekuasaannya kembali.

Pertamakali saya mengenal Harry Potter adalah saat melihat sebuah berita peluncuran HP3 di Inggris dimana terjadi antrian yang sangat panjang didepan toko yang menjual buku tersebut. Waktu itu sih saya ga tertarik amat. Apalagi setelah kemudian melihat GPU sudah menerbitkan sampai buku kedua dan semua orang sepertinya euphoria HP.

Saya ini tipenya kalau ada buku yang booming saya lebih suka menjadi pembaca awal (apalagi kalau buku itu belum terkenal sekali) jadi bisa nyombong kalo punya bakat mengenali buku bagus ;) Atau kalau bukunya udah tenar duluan, saya lebih suka baca belakangan saat suasana sudah tidak terlalu riuh lagi.

Nah, itu juga yang terjadi sama Harry Potter ini. Saya mengundur-undur belinya coz rasanya semua orang kok ngomongin Harry Potter sih... Kemudian adik laki-laki saya yang bete ngeliat saya ga beli juga HP 1 & 2 malah sampe nawarin diri membiayai pembelian buku tersebut.  Setelah mendapatkan suntikan dana, akhirnya buku ini saya beli juga. Dan akhirnya saya pun tergabung kedalam kumpulan orang-orang yang tak henti-hentinya membahas Harry Potter :)

#psssttt... di halaman ucapan terimakasih skripsi saya tercantum nama Harry Potter, the boy who lived lho. hihihihihihi...

Sebelum saya membaca ulang buku ini kembali, apabila ada yang bertanya tentang Harry Potter kepada saya yang paling teringat oleh saya adalah pertempuran terakhir melawan Voldemort.  Situasi dan kondisi yang begitu gelap dan penuh kesedihan yang kadang membuat saya berat untuk membaca ulang seri ini.

Tapi ketika kembali membaca buku pertama seri Harry Potter ini, saya kembali diingatkan kepada keajaiban yang diperlihatkan J.K Rowlings kepada saya.  Saya ingat kembali semua detail-detail kecil yang telah terlupakan oleh saya.  Saya teringat kembali sensasi yang saya rasakan saat pertamakali membaca tentang Diagon Alley. Gambaran-gambaran yang muncul di benak saya ketika membaca deskripsi tempat-tempat dan kejadian-kejadian di Hogwarts.

Jujur saja, saya bahkan sempat lupa bahwa ada seorang Nyonya Gemuk yang menjaga pintu masuk ke asrama Gryffindor.

Setelah sekian tahun tidak membaca seri ini, ada beberapa yang yang berubah dari kesan pertama saya. Contohnya adalah saya tidak bisa lagi memandang Snape hanya sebagai manusia licik pendengki yang tujuan hidupnya adalah menyengsarakan Harry.

Setiap kali nama Snape muncul, yang terbayang oleh saya adalah adegan terakhir Snape yang memandang mata Harry yang sangat mirip dengan mata ibunya, Lily...^sigh^

Setelah membaca ulang buku ini, saya mendapati bahwa sebenarnya situasi dan kondisi Hogwarts dan para murid-muridnya tidak begitu berbeda dengan seri-seri sekolah yang ditulis oleh Enid Blyton (minus misterinya ya).

Para murid yang asramanya dipisah-pisah, persaingan antar asrama dan juga kejahilan-kejahilan yang mereka lakukan selama bersekolah. Hanya saja konflik yang disajikan J.K Rowling lebih komplit daripada Enid Blyton. Buku-buku Enid Blyton jauh lebih sederhana tetapi tetap sarat makna, yang membuat buku-bukunya terus, terus dan terus dicetak ulang.

Saya  membaca ulang seri Harry Potter ini sebagai bagian dari challenge yang saya ikuti yaitu Hotter Potter Event yang diadakan oleh Melisa Mariani.

Selesai membaca buku pertama ini, hati saya sangat gatal ingin membaca buku keduanya. Tapi saya putuskan untuk membacanya bulan depan sesuai dengan challenge yang saya ikuti. Semoga saya bisa bertahan dengan keputusan saya ini J

Untuk mengetahui review-review lain mengenai Harry Potter dan Batu Bertuah ini, teman-teman bisa klik disini

Selamat membaca, selamat menikmati dunia Harry Potter.