Sinopsis :
Istana Khayalan adalah kisah
Mahabharata yang diceritakan kembali dengan indah oleh Chitra Banerjee
Divakaruni melalui sudut pandang Dropadi. Mulai dari kelahiran sang
Putri dari dalam api, perkawinannya yang legendaris dengan para Pandawa,
pengasingan di dalam hutan dan kehilangan kerajaan akibat kesalahan
Yudistira, dan penghinaan Duryodana yang klimaksnya adalah perang antara
Pandawa dan Korawa, Istana Khayalan merupakan jalinan kisah yang
diinterpretasikan dari sudut perempuan di dunia yang didominasi oleh
peperangan, dewa-dewa, dan tangan-tangan nasib yang senantiasa
mempermainkan.
Bagi yang sudah pernah membaca mengenai Pandawa Lima, kisah ini mungkin sedikit memiliki citarasa yang berbeda. Peristiwa-peristiwa yang dilihat dari sudut pandang Dropadi, walaupun masih peristiwa yang sama, tetapi memiliki makna yang berbeda.
Dropadi yang digambarkan dibuku ini terasa sedikit manja, egois dan keras kepala. Ia telah diajarkan kebijaksanaan dan diberikan peringatan2 mengenai sikapnya yang bisa menimbulkan Perang Besar. Tetapi apakah Dropadi mengingat itu semua?
Sebagai seorang putri dengan ego yang tinggi, ia hanya mengingat hal-hal yang bisa mengangkat harga dirinya saja.
Ya, dia memang akan tercatat dalam sejarah, namanya diagungkan hingga beratus-ratus generasi setelah kematiannya. Tapi untuk mendapatkan hal tersebut, yang menurutnya merupakan hasrat hati yang paling diinginkannya, Dropadi harus membayar mahal. Ia harus menjadi kehidupan yang menderita dan penuh dendam.
Perlakuannya kepada Pandawa Lima membuat saya sakit gigi. Terutama kepada Yudhistira yang kalah berjudi menyebabkan Pandawa Lima terusir kehutan dan juga mempertaruhkan Dropadi sehingga ia dipermalukan dimuka umum. Duryadana mencoba menelanjangi Dropadi dimuka umum. Suami-suaminya yang terikat kepada janji mereka yang telah mempertaruhkan Dropadi hanya bisa melihat tanpa bisa berbuat apa-apa.
Sedangkan Karna, lelaki yang dicintainya dengan pandangannya meminta Dropadi memohon bantuannya. Sebagai seorang putri dengan harga diri tinggi pantang baginya untuk melakukan hal itu. Dipicu oleh kemarahan, rasa malu dan dikhianati oleh para lelaki yang mengaku mencintainya Dropadi mengeluarkan kutukannya dan memicu Perang Besar di Kuruhksetra.
Ketika sudah hidup dihutan, ia terus-menerus mengingatkan para suaminya dan janji mereka untuk membalaskan dendamnya. Putri periang, keras kepala dan manja ini berubah menjadi nenek-nenek cerewet yang getir.
Tidak ada yang bisa mengalihkannya dari tujuannya tersebut. Tidak kebijaksanaan Yudhistira, cinta Bima, keceriaan Nakula dan Sadewa ataupun permohonan Khrisna agar ia mau belajar untuk memaafkan. Dengan Arjuna, Dropadi tidak terlalu dekat. Tetapi Arjuna mencintai perang dan tidak sabar menunggu masa hukuman mereka berakhir untuk membalaskan dendam Dropadi
.
.
Dan ketika takdir itu akhirnya datang Dropadi menyadari bahwa semua orang-orang yang dicintainya berkumpul di padang Kuruhksetra tersebut. Sebagai teman ataupun sebagai lawan.
Ia memang memenangkan pertempuran tersebut, tetapi juga kehilangan banyak. Karna, Srikandi, Bisma, anak-anaknya, semuanya tewas di pertempuran tersebut.
Dan saat semua usai dan ia mendapatkan istananya kembali, sudah tidak ada lagi tujuan yang harus dicapai.
Setelah 25 tahun bertakhta, Pandawa Lima kemudian memutuskan untuk mengakhiri kehidupan mereka dengan melakukan perjalanan akhir.
Setelah 25 tahun bertakhta, Pandawa Lima kemudian memutuskan untuk mengakhiri kehidupan mereka dengan melakukan perjalanan akhir.
Dengan diiringi oleh para pendeta yang menemani mereka sampai kekaki Himalaya, kelima Pandawa dan Dropadi meneruskan perjalanan mereka kepuncak gunung. Dipercaya dipuncak gunung tersebut adalah pertemuan antara bumi dan tempat tinggal para Dewa.
Tetapi perjalanan kesana tidaklah mudah. Manusia-manusia yang menempuh perjalanan tersebut hanya bisa sampai ke titik tertentu dimana kekurangan terbesar mereka akan menghalangi mereka naik lebih lanjut. Hanya orang-orang suci sajalah yang akan berhasil menuju tempat tersebut.
Dropadi adalah yang pertama jatuh dalam perjalanan ini. Ketika Yudhistira melarang Bima menolong Dropadi, karena dalam perjalanan tersebut terlarang untuk melangkah surut, kemarahan kembali menguasai hati Dropadi.
Tetapi disaat-saat akhir itulah ia menyadari bahwa suami-suaminya mencintainya lebih dalam dari yang diperkirakannya. dan bahwa ada seseorang yang selalu setia bersamanya. Selalu ada disaat ia paling membutuhkannya. Dan seseorang itulah yang menemaninya sampai saat-saat terakhir ia meninggalkann dunia fana ini.