Judul : Al Dente (Waktu Yang Tepat Untuk Cinta)
Pengarang : Helvira Hasan
Penerbit : GagasMedia
Tahun : 2014
ISBN : 978-979-780-731-3
Halaman : 256
Rating : 2,5 of 5 stars
Rating : 2,5 of 5 stars
Sinopsis :
Agar matang sempurna, ada takaran waktu yang tepat untuk pasta.
Begitu pula cinta. Ada waktu yang tepat untuk cinta.
Namun, waktu malah mempertemukan kita dengan orang-orang dari masa lalu.
Aku yakin cintamu hanya untuk dia yang selalu kau cinta sejak lama; dan cintaku ini hanya untuknya—orang yang kutunggu sejak dahulu.
Maafkan aku, kau bukanlah orang yang kuinginkan. Kau bukanlah orang yang kuharapkan.
Kita tak pernah tahu pasti kapan cinta datang, bukan? Hanya ketika merasakannya, barulah kita tahu bahwa telah tiba waktunya untuk cinta. Dan, hatiku telah lama merasakan aku ditakdirkan untuk dia; dia yang masih saja membuatku penuh debar saat di dekatnya.
Usah lagi tinggalkan hangat bibirmu di bibirku. Usah sisipkan kata cinta di dalamnya. Lepaskan pelukmu dan kumohon jawab tanyaku; bolehkah aku meninggalkanmu?
Begitu pula cinta. Ada waktu yang tepat untuk cinta.
Namun, waktu malah mempertemukan kita dengan orang-orang dari masa lalu.
Aku yakin cintamu hanya untuk dia yang selalu kau cinta sejak lama; dan cintaku ini hanya untuknya—orang yang kutunggu sejak dahulu.
Maafkan aku, kau bukanlah orang yang kuinginkan. Kau bukanlah orang yang kuharapkan.
Kita tak pernah tahu pasti kapan cinta datang, bukan? Hanya ketika merasakannya, barulah kita tahu bahwa telah tiba waktunya untuk cinta. Dan, hatiku telah lama merasakan aku ditakdirkan untuk dia; dia yang masih saja membuatku penuh debar saat di dekatnya.
Usah lagi tinggalkan hangat bibirmu di bibirku. Usah sisipkan kata cinta di dalamnya. Lepaskan pelukmu dan kumohon jawab tanyaku; bolehkah aku meninggalkanmu?
Review :
Ben dan Cynara menikah karena
perjodohan. Tapi itu bukan berarti mereka tidak pernah saling mengenal
sebelumnya. Cynara dan Dita, adik Ben, malah berteman akrab, begitu pula para
orangtua mereka. Tetapi tetap saja, ketika kedua orangtua menjodohkan mereka,
Cynara sangat terkejut, Ben sudah dianggapnya sebagai kakak sendiri. Yang lebih
mengejutkan Cynara, Ben malah menerima perjodohan tersebut.
Setelah berpikir panjang dan
memutuskan untuk berhenti mengharapkan cinta yang tak kunjung datang, Cynara
akhirnya menerima perjodohan tersebut. Ben bukanlah lelaki yang diimpikannya
untuk menjadi suami tetapi takdir mungkin sudah menuliskan seperti itu.
Pernikahan akhirnya dilaksanakan,
dengan Lombok sebagai tempat tujuan bulan madu mereka. 2 minggu kemudian Ben
dan Cynara pindah ke apartemen baru mereka. Saat sedang membereskan
barang-barang Cynara menemukan album foto Ben, dan didalamnya terdapat foto
seorang gadis yang diketahui Cynara dulu cukup akrab dengan Ben.
Saat ditanya Ben dengan jujur
mengakui bahwa dulu ia pernah mencintai Milly, gadis di foto tersebut. Tapi
cintanya ditolak dan sampai sekarang Ben masih tetap berteman dengan Milly.
Cynara merasa curiga, kalau Ben sudah tidak mencintai Milly mengapa ia masih
menyimpan foto gadis itu?
Permasalahan bertambah rumit
ketika Elbert, cinta yang selama ini ditunggu oleh Cynara, muncul kembali
kedalam kehidupannya. Haruskah ia mempertahankan pernikahan yang tidak
diinginkannya ini dan mengejar cinta yang pernah terlepas?
Novel Al dente ini merupakan buku
yang saya pilih sebagai hadiah saat menang giveaway di blognya Ren. Saya cukup
bersemangat ingin membaca buku ini karena bercerita mengenai cinta yang datang
sesudah pernikahan. Ditambah lagi dengan konflik cinta lama yang kembali
mengusik.
Dulu Mama saya pernah berkata,
kalau sudah menikah cinta itu pasti datang. Tapi saya tetap penasaran kapan
rasa itu timbul, apa yang menyebabkannya dan di titik mana pasangan tersebut
sadar bahwa mereka saling mencintai? Kapan mereka menyadari bahwa pernikahan
mereka bukan lagi hanya hasil sebuah perjodohan tetapi juga mengikat hati
mereka berdua?
Itu hal-hal yang saya harapkan
dari buku ini. Dan jujur saja, saya sangat kecewa...
Apa yang saya temukan di buku ini
adalah sebuah perselingkuhan. Tidak adanya niat dan usaha untuk memenuhi janji
pernikahan dan mempertahankannya.
Kehadiran orang ketiga merupakan
hal yang wajar di munculkan dalam sebuah cerita cinta. Konflik yang dihadirkan
untuk menantang kedua tokoh utama agar jujur dengan perasaannya dan saling
percaya satu sama lain. Tetapi di buku ini kemunculan orang ketiga hanya memperjelas
perasaan tokoh kita Cynara bahwa ia menikah dengan Ben hanya karena memenuhi keinginan
orangtua.
Cynara adalah tokoh yang lemah
yang berusaha menutupi perasaan bersalahnya dengan menuduh Ben berselingkuh
padahal sebenarnya ia yang melakukan hal tersebut. Setiap
pertemuan-pertemuannya dengan Elbert membuat saya muak dan semakin tidak
menyukai Cynara. Dan di sepanjang buku saya menemukan terlalu banyak kalimat-kalimat
yang kurang lebih menyatakan bahwa Cynara tidak pernah menginginkan Ben sebagai
suami. Seolah-olah pernikahannya dengan Ben adalah sebuah kawin paksa.
Kalau saya mengharapkan melihat
sebuah perjuangan di buku ini, itu saya dapatkan dari Ben. Mungkin karena
perbedaan usia mereka yang cukup jauh, Ben bersikap lebih dewasa daripada Cynara.
Bahkan saat Cynara menuduhnya macam-macam, Ben mampu menanggapi dengan bijak.
Bahkan porsi kemarahan Ben saat tahu Cynara berselingkuh juga cukup pas.
Satu hal lagi yang menurut saya
kurang memuaskan adalah konflik yang mulai dimunculkan dalam rentang pernikahan
yang begitu singkat. Hanya dua minggu!
Bagaimana perasaan antara Cynara
dan Ben akan tumbuh dan berakar hanya dalam waktu dua minggu? Bukanlah lebih
baik orang ketiga ini dimunculkan misalnya setelah setahun pernikahan mereka?
Dalam rentang waktu tersebut keduanya sudah cukup mengenal sebagai suami istri
sehingga tanpa disadari sebenarnya mereka sudah memiliki perasaan yang mendalam
tapi belum ada faktor yang memicu kesadaran tersebut.
Karena ini adalah sebuah novel
romans, bisa dibilang saya sudah tahu bagaimana akhir ceritanya. Ben dan Cynara
pasti bersatu kembali. Dan di sepanjang cerita saya berharap agar Cynara sadar
dan berjuang mendapatkan cinta Ben yang telah disia-siakannya. Tapi apa daya,
lagi-lagi harapan saya tidak terkabulkan. Ben dan Cynara memang akhirnya
bersama, tapi kebersamaan mereka itu seolah “diberikan” bukan hasil dari
perjuangan mereka.
Jadi kesimpulannya, membaca buku seolah sedang menikmati spagetti yang baru semenit direbus. Belum matang...