Showing posts with label Gagasmedia. Show all posts
Showing posts with label Gagasmedia. Show all posts

Sunday, July 5, 2015

Before Us by Robin Wijaya




Judul                     : Before Us
Penulis                 : Robin Wijaya
Penerbit               : GagasMedia
Tahun                   : 2012
ISBN                    : 9797805409
Halaman              : 304     
Rating                  : 2 of 5 stars


Alhamdulillah, Gagasmedia lagi bagi-bagi ebook gratis untuk merayakan ultahnya yang ke 12 tahun. Buku ini merupakan salah satu ebook gratis yang dibagikan.

Tidak seperti biasanya, saya nggak nyari-nyari referensi dulu tentang buku ini. Namanya juga juga gratis bok, sambar dulu baru cari tahu belakangan! Hehehehe

Baru baca halaman-halaman awal ada adegan pertengkaran antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang topiknya adalah mengenai kepulangan suami si perempuan dari rumah sakit. Saya kutip dikit percakapannya ya:

Cowok: “Aku tidak berada di sini saat keputusan itu diambil”
Cewek: “Apa kami perlu minta pendapatmu dulu?”
Cowok: “Ya. Aku berhak.”
Cewek: “Aku istrinya.”
Cowok: “Aku sahabatnya. Orang yang tahu banyak tentang Radith.”
Cewek: “Sahabat?”

NENG...NONG...NENG...NONG... gaydar saya langsung berbunyi nyaring mengalahkan sirene mobil pemadam kebakaran.


Dan, barulah saya menuju goodreads untuk mencaritahu tentang buku ini. Ternyata firasat saya tidak salah.

Buku ini bercerita mengenai Agil yang setelah bertahun-tahun lamanya bertemu kembali dengan Radith, sahabatnya dari SMA yang baru kembali dari Korea. Sudah lama mereka tidak berkomunikasi, semenjak Radith memutuskan mengejar karirnya di negeri ginseng itu.

Ada kisah diantara mereka. Kisah terlarang yang membuat mereka harus menutupinya dengan rapat agar tidak diketahui oleh siapapun juga.

Tapi sekarang Agil sudah tidak sendirian lagi. Ada seorang tunangan yang berdiri disampingnya dan sebuah pernikahan yang harus disiapkan.

Hanya saja, pertemuan kembali itu membuat gejolak perasaan diantara Agil dan Radith kembali muncul. Dengan sembunyi-sembunyi Agil berusaha mencuri waktu agar bisa bersama Radith tanpa menimbulkan kecurigaan Ranti, tunangannya.

Tetapi kisah mereka kembali terputus. Radith berlalu bersama Winnie dan Agil akhirnya menikah dengan Ranti.

Apakah kisah mereka akhirnya selesai begitu saja?

Tidak. Karena beberapa tahun kemudian Radith kembali muncul. Kali ini ia siap meninggalkan segalanya demi Agil, agar bisa terus bersama dengan lelaki itu.

Tapi bagaimana dengan Agil? Bisakah ia meninggalkan Ranti yang juga dicintainya dan Melanie, buah hati mereka?

Genre LGBT bukanlah hal yang baru bagi saya. Ada masa dimana saya sangat ingin tahu mengenai genre ini. Saya melahap banyak buku mengenai genre ini, mulai dari yang cheesy banget sampe ke yang cukup serius.

Tetapi genre ini sudah lama saya tinggalkan, karena kepuasan membaca novel romance antar sesama jenis ini tidak sebanding dengan kepuasan saya membaca romance antara pria dan wanita. Jauh sekali perbandingannya...

Jadi ketika New Author Reading Challenge yang diadakan oleh Ren memberikan tantangan tambahan tahun ini yaitu membaca Genre 101 dimana salah satunya adalah mengenai LGBT, saya cukup bingung juga mau membaca apa. Sebenarnya tinggal request di netgalley.com aja saya bisa mendapatkan banyak novel LGBT. Tapi ya itu, saya nggak tertarik.

Jadi ketika saya tahu novel ini bercerita mengenai cinta sesama jenis, saya lumayan ragu juga buat membacanya. Apalagi masih ada 3 ebook Gagas yang saya download hari itu (dan hari ini nambah 4 ebook lagi. Thank you so much GagasMedia!). Tetapi setelah membaca review-review di goodreads dan mengintip ending buku ini (iyaaa... saya emang nggak pantang spoiler!) akhirnya saya putuskan juga membaca buku ini.

Well, saya baca buku ini dari abis Isya sampe lewat tengah malam. Nggak ingat kalau hanya beberapa jam lagi udah mau sahuran.

Dari segi cover sudah tidak diragukan lagi, Gagasmedia memang juaranya. Saya suka kombinasi warnanya yang lembut dan simbol cincin dengan berlian yang terlepas seolah menyatakan sebuah hubungan yang retak. Sebelum kehebohan "rainbow" belakangan ini saya mungkin bakal komen simbol cincin berlian itu menceritakan retaknya hubungan Agil dan Ranti. Tapi sepertinya tidak ya :(

Saya setuju dengan kebanyakan pendapat bahwa buku ini ditulis dengan bahasa yang sangat baik, memikat pembacanya untuk terus membaca. Ceritanya tidak terlalu berat dan hubungan antara Agil dan Radith diceritakan dengan halus tetapi dengan makna yang jelas.

Cerita disajikan secara flashback atau maju mundur. Urutan waktunya cukup jelas sehingga tidak membuat kita bingung.

Sebenarnya saya tidak bisa menemukan emosi yang mendalam antara Agil dan Radith. Keduanya memang tidak terang-terangan menyatakan cinta, hanya menunjukkannya melalui sentuhan tangan atau pandangan mata. Tapi dari hal-hal itupun saya tidak merasakan perasaan mendalam itu. Apalagi tiap sebentar mereka berpisah. Dan saat berpisah sepertinya Agil dengan mudah mengalihkan perhatiannya kembali kepada Ranti. Yang katanya benar-benar ia cintai.

Puncak konfliknya adalah ketika Radith meminta Agil meninggalkan Ranti demi dirinya. Disini Agil menghadapi dilema. Keduanya sama dicintai, apalagi bersama Ranti ia memiliki seorang putri yang dicintainya. Ketika Agil membuat pilihan, saya merasa bahwa ia tidak terlalu kesulitan membuat pilihan tersebut.

Dan entah kenapa saya merasa bahwa Agil bukanlah purely gay. Tidak ada tanda-tanda ketertarikannya kepada lelaki selain selama berpisah dengan Radith. Ia cukup puas dengan cintanya kepada Ranti.

Secara keseluruhan cerita ini lumayanlah menurut saya. Kisah cintanya tidak dramatis atau bikin gregetan, tetapi walaupun begitu cara penulisan yang elok dari penulis membuat kita tidak berniat berhenti ditengah jalan.

Kalaupun ada yang bikin gregetan adalah penggunaan bahasa Inggrisnya yang lumayan banyak di buku ini. Dan lumayan banyak juga tiponya. Saya punya feeling seakan-akan kalimat awalnya adalah kalimat berbahasa Indonesia yang kemudian diterjemahkan ke bahasa Inggris. Itu feeling saya aja yaaa... :)

Yang paling saya ingat itu adalah penggunaan kata “cheat behind me” yang kalau diartikan lurus yaitu “selingkuh dibelakangku” sementara pemakaian kata yang sering saya dengar adalah “cheat on me” yang memiliki pengertian yang sama juga.

Nah, segitu aja dulu review saya tentang buku ini. Tidak perlulah saya menyinggung gaya hidup Agil dan Ranti sebelum mereka menikah. Pergi liburan berdua, pesan cottage bersama dan ujung-ujungnya seranjang berdua. Yaelah anak-anak, ngapain juga mesti tunangan setahun dulu. Langsung nikah aja napa?

Oke...Oke... sebaiknya saya hentikan saja sebelum mengomel panjang.

Mau baca buku yang mana lagi yaaa.... *gosoktangan*

Wednesday, September 3, 2014

Al dente by Helvira Hasan





Judul                     : Al Dente (Waktu Yang Tepat Untuk Cinta)
Pengarang           : Helvira Hasan
Penerbit               : GagasMedia
Tahun                   : 2014
ISBN                     : 978-979-780-731-3
Halaman              : 256
Rating                  : 2,5 of 5 stars

Sinopsis :

Agar matang sempurna, ada takaran waktu yang tepat untuk pasta.
Begitu pula cinta. Ada waktu yang tepat untuk cinta.
Namun, waktu malah mempertemukan kita dengan orang-orang dari masa lalu.

Aku yakin cintamu hanya untuk dia yang selalu kau cinta sejak lama; dan cintaku ini hanya untuknya—orang yang kutunggu sejak dahulu.

Maafkan aku, kau bukanlah orang yang kuinginkan. Kau bukanlah orang yang kuharapkan.

Kita tak pernah tahu pasti kapan cinta datang, bukan? Hanya ketika merasakannya, barulah kita tahu bahwa telah tiba waktunya untuk cinta. Dan, hatiku telah lama merasakan aku ditakdirkan untuk dia; dia yang masih saja membuatku penuh debar saat di dekatnya.

Usah lagi tinggalkan hangat bibirmu di bibirku. Usah sisipkan kata cinta di dalamnya. Lepaskan pelukmu dan kumohon jawab tanyaku; bolehkah aku meninggalkanmu?


Review :

Ben dan Cynara menikah karena perjodohan. Tapi itu bukan berarti mereka tidak pernah saling mengenal sebelumnya. Cynara dan Dita, adik Ben, malah berteman akrab, begitu pula para orangtua mereka. Tetapi tetap saja, ketika kedua orangtua menjodohkan mereka, Cynara sangat terkejut, Ben sudah dianggapnya sebagai kakak sendiri. Yang lebih mengejutkan Cynara, Ben malah menerima perjodohan tersebut.

Setelah berpikir panjang dan memutuskan untuk berhenti mengharapkan cinta yang tak kunjung datang, Cynara akhirnya menerima perjodohan tersebut. Ben bukanlah lelaki yang diimpikannya untuk menjadi suami tetapi takdir mungkin sudah menuliskan seperti itu.

Pernikahan akhirnya dilaksanakan, dengan Lombok sebagai tempat tujuan bulan madu mereka. 2 minggu kemudian Ben dan Cynara pindah ke apartemen baru mereka. Saat sedang membereskan barang-barang Cynara menemukan album foto Ben, dan didalamnya terdapat foto seorang gadis yang diketahui Cynara dulu cukup akrab dengan Ben.

Saat ditanya Ben dengan jujur mengakui bahwa dulu ia pernah mencintai Milly, gadis di foto tersebut. Tapi cintanya ditolak dan sampai sekarang Ben masih tetap berteman dengan Milly. Cynara merasa curiga, kalau Ben sudah tidak mencintai Milly mengapa ia masih menyimpan foto gadis itu?

Permasalahan bertambah rumit ketika Elbert, cinta yang selama ini ditunggu oleh Cynara, muncul kembali kedalam kehidupannya. Haruskah ia mempertahankan pernikahan yang tidak diinginkannya ini dan mengejar cinta yang pernah terlepas?

Novel Al dente ini merupakan buku yang saya pilih sebagai hadiah saat menang giveaway di blognya Ren. Saya cukup bersemangat ingin membaca buku ini karena bercerita mengenai cinta yang datang sesudah pernikahan. Ditambah lagi dengan konflik cinta lama yang kembali mengusik.

Dulu Mama saya pernah berkata, kalau sudah menikah cinta itu pasti datang. Tapi saya tetap penasaran kapan rasa itu timbul, apa yang menyebabkannya dan di titik mana pasangan tersebut sadar bahwa mereka saling mencintai? Kapan mereka menyadari bahwa pernikahan mereka bukan lagi hanya hasil sebuah perjodohan tetapi juga mengikat hati mereka berdua?

Itu hal-hal yang saya harapkan dari buku ini. Dan jujur saja, saya sangat kecewa...

Apa yang saya temukan di buku ini adalah sebuah perselingkuhan. Tidak adanya niat dan usaha untuk memenuhi janji pernikahan dan mempertahankannya.

Kehadiran orang ketiga merupakan hal yang wajar di munculkan dalam sebuah cerita cinta. Konflik yang dihadirkan untuk menantang kedua tokoh utama agar jujur dengan perasaannya dan saling percaya satu sama lain. Tetapi di buku ini kemunculan orang ketiga hanya memperjelas perasaan tokoh kita Cynara bahwa ia menikah dengan Ben hanya karena memenuhi keinginan orangtua.

Cynara adalah tokoh yang lemah yang berusaha menutupi perasaan bersalahnya dengan menuduh Ben berselingkuh padahal sebenarnya ia yang melakukan hal tersebut. Setiap pertemuan-pertemuannya dengan Elbert membuat saya muak dan semakin tidak menyukai Cynara. Dan di sepanjang buku saya menemukan terlalu banyak kalimat-kalimat yang kurang lebih menyatakan bahwa Cynara tidak pernah menginginkan Ben sebagai suami. Seolah-olah pernikahannya dengan Ben adalah sebuah kawin paksa.

Kalau saya mengharapkan melihat sebuah perjuangan di buku ini, itu saya dapatkan dari Ben. Mungkin karena perbedaan usia mereka yang cukup jauh, Ben bersikap lebih dewasa daripada Cynara. Bahkan saat Cynara menuduhnya macam-macam, Ben mampu menanggapi dengan bijak. Bahkan porsi kemarahan Ben saat tahu Cynara berselingkuh juga cukup pas.

Satu hal lagi yang menurut saya kurang memuaskan adalah konflik yang mulai dimunculkan dalam rentang pernikahan yang begitu singkat. Hanya dua  minggu!

Bagaimana perasaan antara Cynara dan Ben akan tumbuh dan berakar hanya dalam waktu dua minggu? Bukanlah lebih baik orang ketiga ini dimunculkan misalnya setelah setahun pernikahan mereka? Dalam rentang waktu tersebut keduanya sudah cukup mengenal sebagai suami istri sehingga tanpa disadari sebenarnya mereka sudah memiliki perasaan yang mendalam tapi belum ada faktor yang memicu kesadaran tersebut.

Karena ini adalah sebuah novel romans, bisa dibilang saya sudah tahu bagaimana akhir ceritanya. Ben dan Cynara pasti bersatu kembali. Dan di sepanjang cerita saya berharap agar Cynara sadar dan berjuang mendapatkan cinta Ben yang telah disia-siakannya. Tapi apa daya, lagi-lagi harapan saya tidak terkabulkan. Ben dan Cynara memang akhirnya bersama, tapi kebersamaan mereka itu seolah “diberikan” bukan hasil dari perjuangan mereka. 

Jadi kesimpulannya, membaca buku seolah sedang menikmati spagetti yang baru semenit direbus. Belum matang...

Thursday, June 19, 2014

Career First : Melangkah Pasti ke Dunia Kerja by Maya Arvini


Judul               : Career First : Melangkah Pasti ke Dunia Kerja
Penulis            : Maya Arvini
Penerbit          : GagasMedia
Tahun              : 2014
ISBN               : 978-979-780-723-8
Halaman         : 202


Sinopsis :

There is no shortcut to success.
Karir gemilang bisa dicapai jika kita berhasil melampaui berbagai tantangan sejak di tangga pertama. Sayangnya, banyak di antara kita yang baru memulai karir pertama, tidak punya petunjuk atau kisi-kisi tentang dunia profesional.

Career First hadir sebagai panduan untuk pendaki karir pertama maupun yang telah bertahun-tahun menjajaki dunia kerja. Ditulis berdasarkan pengalaman dan kita dari peraih Young Women Future Business Leader, Maya Arvini, buku ini akan membantu kamu melalui berbagai tantangan dalam dunia profesional untuk melesatkan karir.

Berbagai hal yang akan kita temui dalam proses perjalanan karier, dibahas secara lengkap dalam buku ini, seperti bagaimana memiliki mentor, berkompetisi di lingkungan kerja, membangun aliansi, menyikapi kegagalan, hingga mengupas tentang office politik.

So, prepare yourself first, and get ready for succes in your career!


Review :

Career First merupakan buku yang ditulis oleh Maya Arvini dan bercerita mengenai perjalanannya mencapai kesuksesan karir  yang didapatkan sekarang. Peraih penghargaaan Young Women Future Business Leader (di usia 28 tahun!) ini menguraikan kisahnya yang bahkan sudah direncakannya dari masa-masa sekolah.

Maya Arvini merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara dengan kedua orangtua yang berprofesi sebagai guru. Melihat kedua orangtuanya yang membanting tulang untuk menghidupi keluarga mereka membuat Maya memutuskan untuk membangun masa depan yang lebih berkualitas, lebih berkecukupan dan lebih bermakna. Ia kemudian mulai menyusun rencana dan menentukan target-target yang harus bisa dipenuhinya untuk mencapai cita-cita tersebut.

Tetapi bukan berarti semua yang direncanakan oleh Maya berhasil begitu saja. Ada kegagalan-kegagalan yang dialaminya. Tetapi bukan berarti ia berkubang dalam kegagalan tersebut. Ia berhasil bangkit dari kegagalan tersebut sehingga akhirnya malah bisa meraih 2 gelar sarjana dalam waktu yang berdekatan dengan predikat cum laude.

Saat saya membaca buku ini, keponakan kakak ipar saya sedang mengikuti ujian masuk perguruan tinggi (saya tidak hapal nama ujian masuknya, SMbla..bla..bla...), dan saya pikir buku ini sangat cocok untuk dibaca olehnya. Karena dibuku ini Maya telah merencakan jalan yang ditempuhnya sejak dari SMA. Mulai dari mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat menambah ilmunya dan mengasah kemampuan leadership-nya hingga menentukan dengan hati-hati jurusan yang akan dipilihnya.

Bagian yang paling menarik bagi saya dibuku ini adalah mengenai politik kantor. Walaupun saya tidak bekerja di perusahaan internasional seperti Maya, tetapi politik kantornya tetap sama brutalnya dengan perusahaan-perusahaan besar lainnya. Saya sudah melihat seorang areal manajer yang dilengserkan secara tiba-tiba karena ketidakcocokan dengan tangan kanan manajer pusat. Atau dalam skala kecil persaingan para staf saat tahu ada posisi supervisor yang akan kosong. Yang awalnya berteman baik mulai sikut-sikutan dan saling menyindir secara tidak mengenakkan.
“Pada umumnya, orang yang mengandalkan office politic untuk melejitkan karir adalah orang-orang malas, atau enggan bekerja keras, lalu menciptakan jalan pintas untuk mendapatkan keuntungan.”
 Disini Maya memberikan contoh-contoh  yang menarik dari politik kantor tersebut. Ada satu hal yang paling berkesan bagi saya, yaitu bagian “Do the right things” Vs “Do the things right”.

Kenapa berkesan?

Karena di salah satu wawancara kerja yang pernah saya jalani, saya diberikan gambaran kasus seperti yang tertulis dalam buku dan ditanyakan apa tindakan yang harus saya lakukan. Yah, saya tidak menjawab seperti yang dijelaskan Maya di buku. Jadi mungkin itu alasannya kenapa saya akhirnya gagal kerja disana. Hehehehehe...

Wednesday, April 9, 2014

After Rain by Anggun Prameswari




Judul                     : After Rain
Pengarang           : Anggun Prameswari
Penerbit               : Gagasmedia
Tahun                   : 2013
ISBN                     : 9789797806590
Halaman              : 323
Rating                  : 4 of 5 stars

Sinopsis

Mungkin aku dibutakan oleh cinta, sebab akalku dikacaukan olehmu. Seberapa banyak pun aku meminta, kau takkan memilihku.

Ini yang kau sebut cinta?

Menunggumu bukan pilihan. Izinkan aku meninggalkanmu, dengan serpihan hati yang tersisa. Dan jika ternyata dia yang ada di sana, sama-sama menanggung keping-keping hati yang berhamburan, saat kami saling menyembuhkan—salahkah itu?


Review

Selama sepuluh tahun Serenade Senja mencintai Bara. Dari pertama pertemuan mereka ketika Bara pindah ke depan rumahnya. Saat Seren baru berumur 16 tahun.
Sekarang, sepuluh tahun kemudian, mereka masih bersama, bekerja di kantor yang sama pula. Tapi ada yang berbeda. Bara tidak lagi miliknya seutuhnya. Seren harus berbagi kasih dengan Anggi dan Lily, istri dan anak Bara.

Pernikahan Bara yang berlangsung 3 tahun lalu karena perjodohan sangat menyakiti hati Seren. Tapi ia tidak bisa menghapuskan rasa cintanya. Dan ia pun bersedia menunggu Bara yang juga masih mencintainya, bertahan dengan sisa waktu yang bisa diberikan Bara.

“Dia seperti Cinderella, selalu berlari pulang saat tengah malam, meninggalkan pangeran yang terlanjur jatuh cinta kepadanya. Entah kapan dia bisa tahu perasaan pangeran tersebut. Hancur. Remuk berkeping-keping. Siap terhambur ditiup angin”

 Bagi Seren, hidupnya seperti kisah Cinderella. Tapi ia bukanlah si Cinderella, melainkan si pangeran yang ditinggalkan saat tengah malam. Menatap punggung Cinderella yang lari meninggalkannya. Berlari pulang menuju keluarganya.

Dan saat akhirnya Seren membutuhkan kepastian, ia meminta Bara untuk memilih. Ketika jawaban tidak kunjung datang, bukankah kediaman itu sendiri merupakan jawaban?

Maka kali ini Seren memutuskan ia yang akan berpaling.

Ia meninggalkan pekerjaannya dan beralih menjadi seorang guru pengganti di sebuah SMA. Dan bertemu dengan Elang, guru musik yang juga pernah merasakan kehilangan seperti dirinya.

Saat jalan-jalan ke toko buku kemaren, saya nemu dua buku yang udah terbuka segelnya. Melbourne dan After Rain ini. Awalnya saya pengen skimming Melbourne sih, karena udah pernah baca buku lain penulisnya, tapi entah kenapa cover After Rain lebih menarik perhatian saya. Apalagi judul kecilnya “Suatu saat aku berhenti menangisimu” bikin saya penasaran. Padahal saya ga suka cerita yang sedih-sedih lho.

Tapi judul “After Rain” dan kata “Suatu saat aku berhenti menangisimu” seolah-olah membisikkan kepada saya bahwa tokoh di cerita ini berhasil mengatasi permasalahannya. Ujung-ujungnya saya malah  melantai 3 jam di toko buku tersebut, ngabisin buku ini. Hehehehe...

Awalnya saya berpikir ini adalah kisah mengenai Seren dan Bara. Walaupun sedikit kurang sreg dengan Seren yang masih berhubungan dengan Bara setelah laki-laki itu menikah, tapi setidaknya “wanita lain” dalam hubungan ini adalah Anggi, bukannya Seren.

Tapi setelah Bara dan Anggi menikah, masih berhakkah Seren meneruskan hubungannya dengan Bara? Seperti yang ditegaskan berulangkali oleh Kean, sahabar Seren, “...there’s no such things as KAMI in your relationship.”

Saya lumayan suka dengan karakter Seren, dan dapat merasakan betapa beratnya beban perasaan yang ditanggung gadis itu. Perasaan yang telah terpupuk selama sepuluh tahun tidak mungkin bisa dilupakan hanya dalam waktu semalam dua malam saja. Walaupun ada saat-saat dimana saya kesal juga dengan keputusan yang dibuatnya. Seperti menerima ajakan-ajakan Bara untuk bertemu.

Sedangkan karakter Bara sedikit membuat saya bingung. Di pertengahan awal cerita penulis berusaha menampilkan sosok laki-laki yang baik, apalagi ketika ia memutuskan melepaskan Serena karena tidak bisa meninggalkan putrinya. Tetapi semakin ke belakang karakter Bara dibuat semakin dangkal hingga jadi menjengkelkan.

Kean alias Kei alias Keandra, sahabar Seren, adalah tokoh yang paling berkesan di buku ini. Sifatnya terang-terangan dan jujur, dan selalu mendukung Seren walaupun kadang Seren membuatnya jengkel juga. Awalnya saya mikir Kean ini cowok, karena biasanya Kean adalah nama cowok. Baru setelah beberapa bab saya tahu kalau Kean adalah cewek. Hehehehe...

Sedangkan Elang (cowok yang  baru saya sebut satu kali dalam review saya ini) digambarkan sebagai tokoh yang dingin, cuek dan susah dibaca emosinya. Sebenarnya saya tidak merasa pas kalau disebutkan Elang adalah tokoh utama cerita ini. Karena kemunculannya tidak sebanyak Bara dan sebenarnya saya berharap Seren tidak secepat itu jatuh cinta kepada Elang.

Kalau boleh memilih, saya lebih suka buku ini diakhiri dengan Seren yang baru mulai merasa ada perasaan yang lain kepada Elang. Dengan begitu buku ini lebih fokus kepada perjuangan Seren melupakan Bara dan melanjutkan hidup yang sesuai dengan keinginannya. Bukannya hidup yang difokuskan di sekitar Bara. 

Secara keseluruhan buku ini enak banget dibaca dan lumayan mengaduk-aduk emosi :)