Showing posts with label Stephanie Perkins. Show all posts
Showing posts with label Stephanie Perkins. Show all posts

Friday, November 25, 2011

Anna and the French Kiss by Stephanie Perkins

Anna and the French Kiss 

My rating: 5 of 5 stars



Anna, Paris and ST.CLAR???

What an explosive combination!!!

Siapa sih yang bisa nolak kisah cinta yang berlokasi di Paris?
Not me of course! Especially when you meet a guy whose name is ST.CLAR. even the name sounds fantastic to me.

Tapi Anna tidak menginginkan Paris. Setidaknya bukan untuk ditinggali permanen. Ia menyukai sekolah lamanya, teman-teman lamanya dan juga cowok yang ditaksirnya juga sudah menunjukkan tanda-tanda suka kepadanya. Tapi apa daya, ayahnya menginginkan Anna menyelesaikan tahun terakhir High Schoolnya di School of America in Paris.

Menangis sendirian di kamar pada hari pertamanya Anna kemudian ditegur Meredith yang khawatir mendengar isak tangis Anna. Meredith yang sudah 4 tahun si SOAP kemudian menjadi teman pertama Anna. Dan ia juga berkenalan dengan teman-teman akrab Mer lainya, yaitu St. Clar, Josh dan Rashmi. Sebelumnya dikelompok tersebut juga ada Ellie, pacar St. Clar yang sudah duluan tamat.

Sejak pertama bertemu, Anna sudah terpukau oleh St. Clar. Cowok yang satu ini termasuk kedalam A-list cowok2 yang ditaksir para cewek. Selain ganteng, St. Clar juga ramah dan tidak membeda-bedakan teman.
Ketertarikan antara St. Clar dan Anna sudah terasa dari awal. Dimulai dari St.Clar yang selalu duduk disebelah Anna, ia juga yang mengenalkan kota Paris kepada Anna, kemudian ia juga yang memperkenalkan bioskop2 di Paris yang jumlahnya ratusan kepada Anna.

Anna yang bercita2 ingin menjadi kritikus film sangat senang luar biasa. Setelahnya hampir setiap malam ia keluar untuk menonton film baik sendirian atau bersama teman2 kelompoknya atau malah hanya berdua dengan St.Clar. sampai2 mereka berdua dikira pasangan oleh pemilik bioskop.

Tapi status St.Clar yang masih pacaran dengan Ellie membuat Anna ragu. Ia merasa persahabatannya dengan St.Clar lebih dari pertemanan biasa. St.Clar lebih banyak bersamanya daripada dengan Ellie. Apalagi kemudian St.Clar yang terguncang ketika mengetahui ibunya terkena kanker dan ayahnya menolak keinginan St.Clar untuk menemui ibunya, kembali pulih setelah ditemani oleh Anna. Belum lagi saat Anna tahu kalau cowok yang ditaksirnya ternyata pacaran dengan sahabat karibnya sendiri. St.Clar pulalah yang menjadi sandaran bagi Anna.

tapi St.Clar yang terus menemui Ellie membuat Anna ragu untuk mengambil langkah lebih lanjut. Ditambah lagi dengan meredith yang ternyata juga menyukai St.Clar. walaupun sebenarnya ini dianggap rahasia, tapi semua orang tahu kalau Mer juga menyukai St.Clair.
Status quo persahabatan mereka berubah pada hari ulangtahun Anna. Untuk merayakan ultahnya, Anna diajak ke klub malam oleh teman2nya. Mabuk untuk pertama kalinya, Anna dengan berani menyeret St.Clar untuk berdansa. Kemesraan mereka saat menari terlihat oleh salah seorang teman Ellie yang kemudian mengancam akan mengadukan St.Clar kepada Ellie.

St.Clar yang panik mencoba menghubungi Ellie membuat Anna murka. Mereka bertengkar hebat. St. Clar yang belum bisa meninggalkan Ellie karena ia tidak ingin merasa kesepian membuat Anna terluka. Apa arti dirinya yang selama ini selalu ada disamping St. Clar?

I pause to steady my voice. “Why are you still with her?”

“Because I don’t want to be alone right now.” His voice echoes through the night.

I turn around to face him one last time. “You weren’t alone,
asshole.”


Ha..! love this dialog...



Thursday, November 17, 2011

Lola and The Boy Next Door by Stephanie Perkis

Lola and the Boy Next Door My rating: 5of 5 stars


Where do i begin.. to tell a story of how great a love can be... lalalalala..lalalalala...MySpace

Ahhhh... masih melayang rasanya sehabis membaca Lola dan Cricket. I loooooove Cricket!!!!

Cricket yang cute, Cricket yang sabar, Cricket yang pemalu, Cricket yang nerd, Cricket yang rambutnya suka melawan gravitasi, Cricket yang menciptakan benda2 kecil buat Lola, Cricket yang ga tahan jauh2 dari Lola, Cricket yang walaupun sedang marah ke Lola tapi tetap datang lagi dan lagi  untuk menemui Lola, Cricket..yang..yang... ahhh... suka segalanya tentang Cricket!MySpace

Lola Nolan dan Cricket Bell sudah bertetangga sejak kecil. Bersama dengan Calliope, kembaran Cricket, mereka bertiga sering bermain bersama. Tapi persahabatan tersebut putus pada saat usia Lola 5 tahun dan Cricket dan Calliope 6 tahun. Alasannya sederhana saja. Cemburu.. (halah.. padahal masih anak-anak tuh)

Waktu itu Calliope membantu Lola membuat rumah boneka dikamarnya, sedangkan Cricket membuatkan elevator untuk rumah boneka tersebut. Saking senangnya Lola mencium Cricket, tapi Calliope yang marah langsung menyeret Cricket pulang. Dan sejak saat itu mereka tidak berteman lagi.

Keluarga Cricket, yang keturunan Alexander Graham Bell, sering pindah. Hal ini disebabkan karena Calliope yang berbakat dalam olahraga skating sering bertukar-tukar pelatih sehingga mereka sering pindah sesuai dengan kota tempat tinggal pelatih terbaru Calliope. Tapi setiap beberapa tahun mereka akan kembali ke sebelah rumah Lola.

Pada saat Lola 15 tahun, Cricket kembali menghuni rumah sebelah. Dan karena jendela kamar mereka saling berhadapan dan hanya berjarak beberapa kaki, mereka bisa saling mengobrol. Hubungan mereka kemudian makin berkembang, tetapi pernyataan cinta itu tetap tidak terucapkan. Lola sangat yakin kalau Cricket menyukainya. Dan kemudian Cricket kembali pindah kota. Tetap tanpa ada kata yang terucap.

Lola yang terluka butuh waktu lama untuk menata hatinya lagi. Pada usia 17 tahun ia bertemu dengan Max, vokalis rock band. Tapi perbedaan usia (Max 22 tahun) menyebabkan hubungan mereka ditentang oleh kedua ayah Lola (Lola dibesarkan oleh pasangan gay).

Lola yakin banget kalo Max adalah “the one” yang dicari-carinya. Tapi ada sedikit yang mengganjal bagi Lola dalam hubungan mereka. Max tidak mau bergaul dengan teman2 Lola karena menganggap mereka kekanak-kanakan. Bahkan Max tidak bisa bersikap sopan pada Lindsey, sahabat Lola. Lolapun juga tidak begitu bisa bergaul dengan teman-teman Max.

Saat berusaha mencari cara agar hubungan mereka direstui oleh orangtuanya, Cricket kembali pulang. Kali ini Cricket sudah siap menyatakan cintanya. Tapi apa daya, Lola sudah memiliki cowok lain. Maka Cricket harus puas hanya menjadi teman bagi Lola.

Tapi hal itu tidak cukup bagi mereka berdua. Apalagi Max yang sudah muak berurusan dengan orangtua Lola memutuskan untuk memulai tour dengan grup bandnya dan hubungan mereka mulai meregang. Lola harus memutuskan siapakah sebenarnya yang “the one” bagi dirinya.. 

Hmmm... Lola dengan segala kostumnya memang sedikit berbeda dengan gadis-gadis lain dilingkungannya. Apalagi dibesarkan oleh orangtua gay  (ini pertamakalinya saya baca yang seperti ini). Untung mereka tidak bersikap mesra berlebihan dalam buku ini. Paling banter Cuma manggil honey doang. Kalo ga bisa hilang selera baca...
Tapi itu tidak membuat Lola rendah diri. Bahkan dengan bangga hati ia mengakui bahwa ia masih sering memeluk orangtuanya didepan umum. Setiap hari ia memakai kostum ke sekolah, lengkap dengan wig/tatanan rambutnya. Banyak ditertawakan dan disindir oleh teman2nya. Tapi Lola tetap cuek. Impiannya adalah menjadi desaigner untuk kostum film.
Jujur saja, tidak banyak orang yang bisa seperti ini. Berani mengekspresikan dirinya tanpa takut melawan arus. Bahkan Lola bersedia untuk bekerja part-time agar bisa membiayai hobinya ini.
Perang batin saat Lola yang sadar kalau ia tidak pernah  berhenti mencintai Cricket juga sangat menyentuh. Walaupun tidak ada adegan yang bikin airmata mengalir, tapi kesedihan Lola tetap kental terasa.
Cerita sederhana yang dirangkai dengan kata-kata sederhana pula, tapi mampu membuat para pembacanya mendesah puas. Tidak banyak pengarang yang mampu menghasilkan tulisan seperti ini..