Judul : Wandeuk
Pengarang : Kim Rye-ryeong
Penerbit : Bentang Belia
Tahun : 2012
ISBN : 9786029397246
Halaman : 254
Sebenarnya Wandeuk tidak suka
berkelahi. Malah ia tidak ingin diperhatikan oleh banyak orang. Tapi dengan
postur tubuh besar dan sikap diam yang sering dianggap mengancam, Wandeuk
malah dilabeli sebagai preman di lingkungan dan juga di sekolahnya. Dan karena
sifatnya yang juga tidak suka diejek, kaki dan tangannya pun akhirnya sering
melayang menghajar orang-orang yang mengejeknya.
Tapi yang paling membuatnya
jengkel itu adalah Pak Guru Ddongju, wali kelasnya. Hampir setiap hari pak guru
memanggilnya untuk menjawab pertanyaan atau hanya untuk mengolok-oloknya. Belum
lagi ia memasukkan Wandeuk kedalam daftar penerima bantuan untuk orang miskin
dan kemudian meminta jatah berasnya. Yang paling parah adalah saat pak guru
pindah rumah ke sebelah rumah Wandeuk. Tidak di rumah, tidak di sekolah pak guru
berteriak-teriak memanggil namanya.
Tidak heran Wandeuk jadi sering
mendatangi gereja hanya untuk berdoa agar Tuhan segera mencabut nyawa pak guru
Ddongju.
Dan yang paling parah, pak guru
meminta Wandeuk menemui ibunya, perempuan yang meninggalkan Wandeuk sejak ia
masih bayi. Ibu? Sejak kapan Wandeuk punya ibu?
Ini pertamakalinya saya membaca
buku hasil karya penulis Korea. Biasanya cuma nonton film atau baca komiknya
saja. Dan dari buku ini saya juga bisa merasakan suasana yang biasanya saya
dapatkan dari film dan komik tersebut. Jadi tidak susah bagi saya untuk
membayangkan adegan-adegan yang berlangsung di buku ini.
Buku ini secara keseluruhan
bercerita mengenai kehidupan sehari-hari Wandeuk. Tidak ada percintaan yang
menguras air mata atau drama yang berlebihan. Hanya menceritakan hal-hal yang
dilalui Wandeuk setiap harinya.
Diawal buku kita dapat merasakan
kesendirian Wandeuk yang tidak memiliki teman di sekolah dan selalu pulang ke
rumah yang kosong karena ayahnya yang sibuk bekerja sebagai penari kabaret
jalanan. Ada sedikit rasa malu di hati Wandeuk atas pekerjaan ayahnya ini,
apalagi dengan postur tubuh ayahnya yang pendek sehingga sering ditertawakan
orang lain.
Hubungannya dengan ayahnya juga
tidak terlalu dekat. Entah mendapat ide darimana ayah Wandeuk ingin Wandeuk
menjadi seorang novelis sementara hasil tulisan Wandeuk sering menjadi ejekan
pak guru Ddongju. Menjadi penulis bukanlah cita-cita Wandeuk, tapi dengan cukup
rajin ia berusaha memenuhi keinginan ayahnya.
Hingga Wakdeuk mengenal dunia kickboxing. Untuk pertama kalinya
Wandeuk merasa hidup. Walaupun badannya menjadi pegal dan memar dan
gerakannya masih seperti preman yang
sedang berkelahi di jalanan Wandeuk tetap tidak menyerah.
Selain itu, ada juga Jeong
Yoonha, gadis peraih peringkat nomor satu di sekolah yang sedang menghadapi
skandal percintaan. Tiba-tiba saja Yoonha mengikuti Wandeuk kemana-mana hanya
untuk mengeluarkan sesak di dadanya.
Dari buku ini kita melihat
perkembangan kehidupan Wandeuk dari yang penuh kesunyian hingga akhirnya diisi
dengan hal-hal yang disukai dan orang-orang yang mencintainya. Dan semua itu
berkat kegigihan pak guru yang tidak henti-hentinya menarik Wandeuk dari dunia
sepinya.
Sebagai buku Korea yang pertama
saya baca, buku ini cukup memikat walaupun saya merasa sedikit kurang sreg
dengan gaya bahasanya. Bahasa yang digunakan adalah bahasa gaul yang penuh
dengan kata “enggak” atau juga “doang” yang jarang saya temukan di buku-buku
lain.
Dan bahasa gaul ini tidak hanya digunakan
dalam percakapan antar teman atau narasinya saja yang menggunakan sudut pandang
orang pertama (Wandeuk), tetapi juga dalam percakapan para orang tua di buku
ini. Hal ini yang menyebabkan saya meragukan bahasa asli yang digunakan adalah
bahasa gaul.
Saya tidak tahu apakah di
buku aslinya menggunakan bahasa gaul
atau penerjemah/penerbit yang sengaja menerjemahkan seperti ini karena buku ini
dikategorikan sebagai bacaannya young adult. Sementara dari film-film dan komik
yang saya baca, saya merasakan bahwa orang-orang Korea memiliki bahasa yang
sopan dan sedikit kaku.
Mungkin penerbit takut apabila
menggunakan bahasa baku buku ini akan kehilangan esens remajanya dan menjadi
tidak bisa dinikmati. Sedangkan dalam pemikiran saya penggunaan bahasa baku belum
tentu akan menghasilkan kata-kata yang kaku. Betul tidak?
Buku ini memenangkan penghargaan Changbi Prize untuk kategori Young Adult Fiction di tahun 2007 dan telah difilmkan dengan judul Punch. Menurut Wiki, sejak 2008 sampai sekarang buku ini telah terjual lebih dari 700 ribu kopi!
No comments:
Post a Comment