Showing posts with label novel korea. Show all posts
Showing posts with label novel korea. Show all posts

Friday, February 7, 2014

The Last 2 % by Kim Rang

Judul                     : The Last 2 %
Penulis                 : Kim Rang
Penerbit               : Haru
Tahun                   : 2013
ISBN                     : 9786027742246
Halaman              : 424
Rating                  : 3 of 5 stars


Sinopsis :

Jeongha, si ratu pemenang undian, memang selalu beruntung. Kali ini ia mendapatkan hadiah menginap di Arizona, hotel bintang lima yang sangat terkenal. Sayangnya, keberuntungan sepertinya tidak menyertai wanita ini dalam percintaan. Jeongha melihat sendiri pacarnya Minsu, bermesraan dengan seorang wanita berpakaian merah layaknya cabai!

Saking kesalnya, saat Minsu meneleponnya, Jeongha malah berpura-pura sedang menikmati malam yang menyenangkan di Hotel Arizona bersama pria lain. Saat Jeongha sedang mengeluarkan suara-suranya yang dipenuhi kenikmatan palsu, priayang tinggal persis di sebelah kamar Jeongha memergokinya.

Alih-alih menertawakan, pria itu justru membantunya memberi pelajaran bagi Minsu.

Mencurigakan!

Apakah pria itu benar-benar tulus?


Review : 

Eun Jeongha, tuan putri dari Rumah Beras, selalu beruntung kalau sudah menyangkut undian. Sudah banyak hadiah yang didapatkan, seperti voucher, blender, kulkas, dll. Bisa dibilang sebagian besar isi kamar Jeongha adalah hadiah dari undian-undian yang diikutinya.

Suatu hari sebuah biro perjalanan menelepon Jeongha. Ia memenangkan hadiah menginap satu malam di hotel bintang lima, Hotel Arizona! Ini adalah hadiah undian paling besar yang pernah diterima Jeongha. Dengan semangat ia mengambil hadiahnya dan mengajak Minsu, pacarnya, untuk menginap di hotel tersebut bersamanya.

Susah beberapa waktu ini Jeongha berpikir untuk meningkatkan status hubungannya dengan Minsu. Hadiah undian ini seakan membuka peluangnya kearah sana. Dengan semangat calon penulis naskah yang untuk sementara menulis cerita bergambar ini menjemput Minsu ke bandara. Ternyata disana ini melihat kemesraan Minsu dengan perempuan lain!

Sakit hati, Jeongha memutuskan untuk pergi ke Hotel Arizona sendirian. Ketika telepon-telepon Minsu semakin mengganggunya, Jeongha memutuskan mengangkatnya dan berpura-pura sedang bermesraan dengan laki-laki lain. Ia pura-pura mendesah penuh gairah untuk membalas perbuatan Minsu. Yang tidak disadarinya adalah pria yang menginap di sebelah kamarnya juga sedang berdiri di balkon yang berjarak hanya setengah meter dari balkonnya dan melihat semua kelakuan Jeongha.

Dengan malu Jeongha kabur kekamarnya.

Pria yang mengamati Jeongha tersebut adalah Hyeon Seongwoo, Direktur Walden Pictures yang sedang mengadakan sayembara untuk mencari naskah film yang akan menjadi produksi pertama mereka. Tingkah Jeongha memancing keingintahuan Seongwoo. Dan ketika ia mendapat kesempatan menolong Jeongha, ia sama sekali tidak menyia-nyiakannya.

Ini pertama kalinya saya membaca novel yang ditulis oleh Kim Rang dan Seoungwoo sendiri merupakan karakter yang pernah dikeluarkan penulis di beberapa novelnya sebelumnya. Saya penasaran apa Seongwoo ada di “The Vineyard Man” atau tidak. Kebetulan sepupu saya punya K-dramanya dan sudah ada di tumpukan yang saya pinjam.

Saya suka ama cover bukunya, walaupun tidak melihat hubungan cover ini dengan cerita. dan yang paling saya sukai adalah gambar-gambar di tiap bab dimana gambar-gambar ini memiliki hubungan dengan isi bab yang diceritakan. 
Di buku ini Seongwoo digambarkan sebagai cowok Korea yang sudah memiliki darah campuran dimana neneknya adalah orang Amerika. Seongwoo sendiri bekerja di Walden Group cabang Amerika dan kedatangannya ke Korea adalah untuk membantu sepupunya di cabang Walden Korea.

Seongwoo adalah pria matang yang sudah berpikir untuk berumah tangga. Apalagi ia melihat keharmonisan rumah tangga sepupunya yang saling mencintai. Ia juga ingin menikah atas dasar cinta.
Jeongha merupakan anak bungsu dari pemilik Rumah Beras, toko beras yang dimiliki oleh orangtuanya. Ia memiliki tiga orang saudara laki-laki. Jeongha merupakan anak kesayangan orangtuanya dan ia tidak malu-malu bermanja kepada mereka, terutama kepada ayahnya. Sifatnya sedikit polos, tetapi juga kuat dan keras kepala.

Percintaan diantara mereka terjadi lumayan cepat, dan itupun juga berkat kegigihan Seongwoo yang sudah jatuh cinta kepada Jeongha sejak kejadian di teras hotel Arizona.

Mungkin ada yang merasa kurang percaya dengan cinta kilat seperti ini. Dulu saya juga begitu. Tapi ternyata seorang teman saya membuktikan bahwa cinta kilat ini emang ada. Dari pertemuan pertama, ia dan suaminya sudah merasa bahwa mereka memang jodoh. Hanya dalam waktu dua bulan setelah pertemuan pertama mereka, keduanya menikah. Dan sampai sekarang, setelah 6 tahun menikah, keduanya masih harmonis.

Begitu juga yang terjadi dengan Seungwoo dan Jeongha.

Konflik dibuku ini sebenarnya tidak banyak dan diselesaikan dengan cepat. Seperti permasalahan dengan musuh bebuyutan Jeongha, Inyeoung, dilema dan kepedihan yang dihadapi Kangho, teman masa kecil dan tetangga Jeongha, serta keberatan ibu Jeongha kalau putrinya harus menikah dengan lelaki yang merupakan putra tetua.

Sedikit yang membuat risih di buku ini adalah pemikiran tokoh-tokohnya mengenai seks, walaupun adegan seks dibuku ini bisa dibilang cukup “aman”, artinya ga bikin kita ngipas-ngipas sendiri ;D

Jujur aja, novel-novel Historical Romance yang sedang banyak diterbitkan sekarang ini jauh lebih panas daripada buku ini. Untungnya saja, dibuku ini ditempeli label “dewasa” sehingga memberi pilihan kepada pembaca apakah ingin membaca buku ini atau tidak.


Untuk RC :
1. Lucky No. 14 RC (freebies time)
2. New Author

Saturday, November 2, 2013

Always With Me by Hyun Go Wun

Judul                     : Always With Me
Penulis                 : Hyun Go Wun
ISBN                     : 9786027742239
Penerbit               : Haru
Tahun                   : 2013
Halaman              : 428
Harga                   : Rp. 68.000,-

Rating  : 3,5 of 5 stars
 

Chae Song Hwa, anak kedua dari tiga bersaudara, tidaklah cantik. Walaupun lebih sering dianggap sebagai laki-laki, ia bangga dengan kekuatan dan keberaniannya. Ia memiliki karir yang bagus, teman baik yang menemaninya minum-minum dan orang-orang yang selalu meminta pertolongannya.

Yoon Sang Yup memiliki tekanan yang cukup berat. Sebagai cucu tertua ia diharapkan untuk segera menikah hanya karena gurauan serius kakeknya yang akan mewariskan perusahaan elektroniknya kepada cucu pertamanya yang memiliki anak. Dengan ibu yang berambisi mengusai perusahaan tersebut Yoon Sang Yup terus menerus disodori wanita-wanita cantik kiriman ibunya yang mendatangi rumah sakit tradisonal tempatnya bekerja.

Jadi, ketika Sang Yup bertemu dan dihajar Song Hwa yang sedang mabuk berat di kamar mandi sebuah klub dan dilanjutkan dengan pertemuan di kereta, Sang Yup menganggap itu adalah sebuah takdir. Wanita itu sampai tertidur dibahunya dan meninggalkan jejak air liur di setelan Armani Sang Yup. Kalau itu bukan takdir apalagi namanya?
Maka ketika takdir kembali campur tangan dan mengirim Song Hwa ke rumah sakit tempatnya bekerja Sang Yup langsung mengambil keputusan. Ia meminta Song Hwa menjadi pacarnya.

Hal itu tentu saja mengejutkan Song Hwa. Bagaimana dokter  yang kasar dan tidak sopan itu berani-beraninya meminta ia menjadi pacarnya? Mereka kan juga baru kenal...

Tapi Sang Yup bukanlah lelaki yang mudah putus asa. Dengan gigih ia mengejar dan mendesak Song Hwa. Dan Song Hwa yang tidak percaya takdir ini kemudian menyerah. Dengan permainan gunting-batu-kertas ia menentukan pilihannya. Kalau Sang Yup menang, ia akan menjadi pacar Sang Yup.

Novel ini merupakan percampuran antara beberapa kisah yang telah kita kenal. Cinderella, Beauty and The Beast, Bridget Jones Diary, Romeo & Juliet. Dan itu dipastikan oleh penulis dengan menceritakan ulang kisah-kisah itu tetapi dari sudut pandang yang berbeda.

Cinderella kehilangan sebelah sepatu kacanya? Bukankah pintar sekali Cinderella itu? Ia sengaja memilih sepatu yang sedikit kebesaran, kalau tidak begitu bagaimana sepatu tersebut bisa terlepas dari kakinya?

Dan The Beast yang tidak malu akan keburuk rupaannya, toh  ia tetap seorang pangeran.

Kisah-kisah ini membatasi tahap-tahap perkembangan hubungan antara Chae Song Hwa dan Yoon Sang Yup. Air liurnya yang tumpah ke bahu Sang Yup adalah sepatu kacanya Cinderella. Si buruk rupa yang tidak minder adalah Song Hwa yang tetap percaya diri walaupun tumbuh besar diantara kedua saudaranya yang cantik Park Yang Ji dan Chae Jang Mi. Diary si Bridget (yang jujur saja ga saya sukai baik buku maupun filmnya) melambangkan kebahagian Song Hwa yang akhirnya punya pacar. Dan kisah ini berpuncak dalam tragedi ala Romeo & Juliet.

Menurut saya kreatif sekali penulis mengambil kisah-kisah ini untuk melambangkan kemajuan-kemajuan dalam novelnya. Setiap menemukan kisah-kisah penanda ini saya jadi berpikir ‘oke, ini kisah si buruk rupa yang bangga dengan keburuk rupaannya. Dan jelas-jelas Song Hwa adalah karakter yang yang dimaksudkan. Apa yang akan diberikan penulis kepada saya di babak ini?'
 “Aku punya pekerjaan dan meskipun aku tidak cantik sekali, setidaknya aku tidak pernah malu dengan wajahku sendiri.” Tatapan Song Hwa benar-benar terlihat serius, seolah ia sedang mengakui kesalahannya. Dari ekspresi wajahnya, sepertinya ia memang baru menyadari bahwa sebenarnya ia memiliki banyak hal.
Song Hwa yang polos seperti sebuah buku yang terbuka bagi Sang Yup. Setiap kegelisahan yang keraguan Song Hwa bisa terbaca jelas olehnya. Dan sifat Sang Yup yang selalu membereskan persoalan sebelum menjadi berlarut-larut merupakan salah satu hal yang mendukung keberhasilan hubungan Sang Yup dan Song Hwa.

Pada beberapa bagian, kecurigaan Song Hwa tentang alasan Sang Yup berpacaran dengannya membuat saya sedikit bosan. Karena hal ini cukup berulang-ulang terjadi. Dan ternyata ini memang menjadi penyesalan Song Hwa kemudian. Mengapa ia menghabiskan waktu mempertanyakan motif Sang Yup bukannya berusaha dengan sungguh-sungguh  memperdalam hubungan mereka?

Tidak ada emosi yang meledak-ledak dibuku ini, ataupun adegan yang bisa membuat kita mengucurkan air mata. Bahkan ketika cerita mulai memasuki adegan ala Romeo & Juliet. Suasana di novel ini lumayan tenang, hanya ada sedikit riak tapi tidak membosankan. Dan hal ini penting menurut saya karena novel ini  lumayan tebal.

Saya menyukai semua karakter yang ada dibuku ini (kecuali orang tua Sang Yup tentunya). Setiap orang memiliki peranan yang mendukung karakter utamanya, bahkan Jang Mi  yang berusaha merebut pacar kakaknya.

Selain hubungan antara Song Hwa dan Sang Yup, yang paling saya sukai dibukui ini adalah hubungan persaudaraan antara Yang Ji, Song Hwa dan Jang Mi. Kedua saudaranya ini sangat cantik dan sesuai sekali dengan nama mereka yang berarti bunga mawar. Sedangkan nama Song Hwa sendiri juga merupakan nama bunga tetapi bukanlah  termasuk kedalam keluarga bunga mawar.

Yang Ji, si kakak tertua yang kembali kerumah setelah bercerai karena suami berselingkuh adalah perempuan yang pintar dan cepat menangkap masalah. Sifatnya yang dingin dan tegas menjadi penyeimbang bagi kedua adiknya.

Jang Mi si bungsu, artis cantik yang merasa paling dicintai se-Korea Selatan, bersifat manja, egois dan sangat mementingkan diri sendiri. Ia lebih suka berpikiran simpel, sehingga seringkali jengkel dengan Yang Ji yang sering memperumit jawaban sebuah persoalan.

Hubungan ketiga orang ini juga ikut berkembang dalam buku ini. Dari awalnya sedikit acuh tak acuh menjadi lebih dekat dan akrab.

Sebenarnya hubungan ketiga bersaudara ini mengingatkan saya akan manga For The Rose karya Akemi Yoshimura sensei. Di manga ini dikisahkan tentang Yuri yang setelah neneknya meninggal baru mengetahui bahwa ibunya adalah seorang artis ternama dan ia memiliki 3 orang saudara yang semuanya berlainan ayah. Ketiga saudaranya ini sangat cantik dan tampan.

Ada Fuyo, si kakak pertama yang pemalas tapi sebenarnya pintar. Ia juga kembali pulang kerumah setelah bercerai dari suaminya yang berselingkuh dan mengidap Oedipus complex. Walaupun pemalas dan memiliki prinsip bahwa orang lain yang harus melakukan sesuatu baginya, Fuyo adalah orang yang paling tajam dalam menghadapi masalah. Menurut saya dibuku Always With You ini Fuyo adalah Yang Ji.

Ada Sumire, kakak kedua yang keturunan bule. Cowok ganteng ini menutup hatinya dari cinta sejak ditinggal mati kekasihnya. (pacar Sang Yup sebelum Song Hwa sepertinya juga mati kalau saya tidak salah ingat).

Ada Aoi, si bungsu yang sangat tampan, narsis dan jutek. Ia ditaksir oleh banyak cewek dan cowok.

Lalu si tokoh utama, Yuri, cewek gendut dan jerawatan dengan kepercayaan diri yang sangat rendah.

Apakah mungkin penulis terinspirasi oleh tokoh-tokoh ini? Jalan cerita jelas beda, karena For The Rose-nya Akemi sensei menyentuh banyak persoalan, bukan hanya percintaan.

Dan sebelum menutup review ini, adalah beberapa kejanggalan yang saya temukan dibuku ini.  Yang sempat saya catat antara lain :
  1. Hal 246 : Wanita itu bergerak dengan lamban dan anggun layaknya seorang kucing mahal... (Seorang? Seriously?!?)
  2. Hal 277 : Jari tangan yang gemuk dan imut dokter itu... (apa ga lebih cocok menggunakan kata pendek?)
  3. Hal 327 : Romeo dari keluarga Montague adalah satu lelaki yang terkenal... (satu atau seorang?)
  4. Hal 365 : Mereka harus menaiki 419 buah anak tangga... (menurut saya lebih efektif kata ‘buah’ dihilangkan)
  5. Sang Yup sering sekali terkikik di buku ini. Apa tidak bisa digantikan menggunakan kata lain seperti 'terkekeh' misalnya? Aneh aja membaca ada cowok yang terkikik. Girlie banget menurut saya.
Secara keseluruhan saya berikan 3,5 bintang untuk buku ini.

Saya sangat menunggu-nunggu untuk bisa membaca kisah Yang Ji dan Jang Mi. Dan saya tidak bisa mengetahui apakah buku-buku mereka sudah diterbitkan atau belum karena di goodreads saya hanya menemukan buku-buku Hyun Go Wun edisi bahasa Indonesia. Ketemu link novelnya tapi pake bahasa Korea :(

Apakah tidak ada rakyat Korea Selatan yang menjadi anggota Goodreads dan menginput data buku-buku yang sudah diterbitkan Hyun Go Wun?

Aiihh.. jadi penasaran ini..

Thursday, September 12, 2013

Wandeuk by Kim Rye-ryeong


Judul                     : Wandeuk
Pengarang           : Kim Rye-ryeong
Penerbit               : Bentang Belia
Tahun                   : 2012
ISBN                     : 9786029397246
Halaman              : 254


Sebenarnya Wandeuk tidak suka berkelahi. Malah ia tidak ingin diperhatikan oleh banyak orang. Tapi dengan postur tubuh besar dan sikap diam yang sering dianggap mengancam, Wandeuk malah dilabeli sebagai preman di lingkungan dan juga di sekolahnya. Dan karena sifatnya yang juga tidak suka diejek, kaki dan tangannya pun akhirnya sering melayang menghajar orang-orang yang mengejeknya.

Tapi yang paling membuatnya jengkel itu adalah Pak Guru Ddongju, wali kelasnya. Hampir setiap hari pak guru memanggilnya untuk menjawab pertanyaan atau hanya untuk mengolok-oloknya. Belum lagi ia memasukkan Wandeuk kedalam daftar penerima bantuan untuk orang miskin dan kemudian meminta jatah berasnya. Yang paling parah adalah saat pak guru pindah rumah ke sebelah rumah Wandeuk. Tidak di rumah, tidak di sekolah pak guru berteriak-teriak memanggil namanya.

Tidak heran Wandeuk jadi sering mendatangi gereja hanya untuk berdoa agar Tuhan segera mencabut nyawa pak guru Ddongju.

Dan yang paling parah, pak guru meminta Wandeuk menemui ibunya, perempuan yang meninggalkan Wandeuk sejak ia masih bayi. Ibu? Sejak kapan Wandeuk punya ibu?

Ini pertamakalinya saya membaca buku hasil karya penulis Korea. Biasanya cuma nonton film atau baca komiknya saja. Dan dari buku ini saya juga bisa merasakan suasana yang biasanya saya dapatkan dari film dan komik tersebut. Jadi tidak susah bagi saya untuk membayangkan adegan-adegan yang berlangsung di buku ini.

Buku ini secara keseluruhan bercerita mengenai kehidupan sehari-hari Wandeuk. Tidak ada percintaan yang menguras air mata atau drama yang berlebihan. Hanya menceritakan hal-hal yang dilalui Wandeuk setiap harinya.

Diawal buku kita dapat merasakan kesendirian Wandeuk yang tidak memiliki teman di sekolah dan selalu pulang ke rumah yang kosong karena ayahnya yang sibuk bekerja sebagai penari kabaret jalanan. Ada sedikit rasa malu di hati Wandeuk atas pekerjaan ayahnya ini, apalagi dengan postur tubuh ayahnya yang pendek sehingga sering ditertawakan orang lain.

Hubungannya dengan ayahnya juga tidak terlalu dekat. Entah mendapat ide darimana ayah Wandeuk ingin Wandeuk menjadi seorang novelis sementara hasil tulisan Wandeuk sering menjadi ejekan pak guru Ddongju. Menjadi penulis bukanlah cita-cita Wandeuk, tapi dengan cukup rajin ia berusaha memenuhi keinginan ayahnya.

Hingga Wakdeuk mengenal dunia kickboxing. Untuk pertama kalinya Wandeuk merasa hidup. Walaupun badannya menjadi pegal dan memar dan gerakannya  masih seperti preman yang sedang berkelahi di jalanan Wandeuk tetap tidak menyerah.

Selain itu, ada juga Jeong Yoonha, gadis peraih peringkat nomor satu di sekolah yang sedang menghadapi skandal percintaan. Tiba-tiba saja Yoonha mengikuti Wandeuk kemana-mana hanya untuk mengeluarkan sesak di dadanya.

Dari buku ini kita melihat perkembangan kehidupan Wandeuk dari yang penuh kesunyian hingga akhirnya diisi dengan hal-hal yang disukai dan orang-orang yang mencintainya. Dan semua itu berkat kegigihan pak guru yang tidak henti-hentinya menarik Wandeuk dari dunia sepinya.

Sebagai buku Korea yang pertama saya baca, buku ini cukup memikat walaupun saya merasa sedikit kurang sreg dengan gaya bahasanya. Bahasa yang digunakan adalah bahasa gaul yang penuh dengan kata “enggak” atau juga “doang” yang jarang saya temukan di buku-buku lain.

Dan bahasa gaul ini tidak hanya digunakan dalam percakapan antar teman atau narasinya saja yang menggunakan sudut pandang orang pertama (Wandeuk), tetapi juga dalam percakapan para orang tua di buku ini. Hal ini yang menyebabkan saya meragukan bahasa asli yang digunakan adalah bahasa gaul.

Saya tidak tahu apakah di buku  aslinya menggunakan bahasa gaul atau penerjemah/penerbit yang sengaja menerjemahkan seperti ini karena buku ini dikategorikan sebagai bacaannya young adult. Sementara dari film-film dan komik yang saya baca, saya merasakan bahwa orang-orang Korea memiliki bahasa yang sopan dan sedikit kaku.

Mungkin penerbit takut apabila menggunakan bahasa baku buku ini akan kehilangan esens remajanya dan menjadi tidak bisa dinikmati. Sedangkan dalam pemikiran saya penggunaan bahasa baku belum tentu akan menghasilkan kata-kata yang kaku. Betul tidak?

Buku ini memenangkan penghargaan Changbi Prize untuk kategori Young Adult Fiction di tahun 2007 dan telah difilmkan dengan judul Punch. Menurut Wiki, sejak 2008 sampai sekarang buku ini telah terjual lebih dari 700 ribu kopi!