Wednesday, September 3, 2014

Al dente by Helvira Hasan





Judul                     : Al Dente (Waktu Yang Tepat Untuk Cinta)
Pengarang           : Helvira Hasan
Penerbit               : GagasMedia
Tahun                   : 2014
ISBN                     : 978-979-780-731-3
Halaman              : 256
Rating                  : 2,5 of 5 stars

Sinopsis :

Agar matang sempurna, ada takaran waktu yang tepat untuk pasta.
Begitu pula cinta. Ada waktu yang tepat untuk cinta.
Namun, waktu malah mempertemukan kita dengan orang-orang dari masa lalu.

Aku yakin cintamu hanya untuk dia yang selalu kau cinta sejak lama; dan cintaku ini hanya untuknya—orang yang kutunggu sejak dahulu.

Maafkan aku, kau bukanlah orang yang kuinginkan. Kau bukanlah orang yang kuharapkan.

Kita tak pernah tahu pasti kapan cinta datang, bukan? Hanya ketika merasakannya, barulah kita tahu bahwa telah tiba waktunya untuk cinta. Dan, hatiku telah lama merasakan aku ditakdirkan untuk dia; dia yang masih saja membuatku penuh debar saat di dekatnya.

Usah lagi tinggalkan hangat bibirmu di bibirku. Usah sisipkan kata cinta di dalamnya. Lepaskan pelukmu dan kumohon jawab tanyaku; bolehkah aku meninggalkanmu?


Review :

Ben dan Cynara menikah karena perjodohan. Tapi itu bukan berarti mereka tidak pernah saling mengenal sebelumnya. Cynara dan Dita, adik Ben, malah berteman akrab, begitu pula para orangtua mereka. Tetapi tetap saja, ketika kedua orangtua menjodohkan mereka, Cynara sangat terkejut, Ben sudah dianggapnya sebagai kakak sendiri. Yang lebih mengejutkan Cynara, Ben malah menerima perjodohan tersebut.

Setelah berpikir panjang dan memutuskan untuk berhenti mengharapkan cinta yang tak kunjung datang, Cynara akhirnya menerima perjodohan tersebut. Ben bukanlah lelaki yang diimpikannya untuk menjadi suami tetapi takdir mungkin sudah menuliskan seperti itu.

Pernikahan akhirnya dilaksanakan, dengan Lombok sebagai tempat tujuan bulan madu mereka. 2 minggu kemudian Ben dan Cynara pindah ke apartemen baru mereka. Saat sedang membereskan barang-barang Cynara menemukan album foto Ben, dan didalamnya terdapat foto seorang gadis yang diketahui Cynara dulu cukup akrab dengan Ben.

Saat ditanya Ben dengan jujur mengakui bahwa dulu ia pernah mencintai Milly, gadis di foto tersebut. Tapi cintanya ditolak dan sampai sekarang Ben masih tetap berteman dengan Milly. Cynara merasa curiga, kalau Ben sudah tidak mencintai Milly mengapa ia masih menyimpan foto gadis itu?

Permasalahan bertambah rumit ketika Elbert, cinta yang selama ini ditunggu oleh Cynara, muncul kembali kedalam kehidupannya. Haruskah ia mempertahankan pernikahan yang tidak diinginkannya ini dan mengejar cinta yang pernah terlepas?

Novel Al dente ini merupakan buku yang saya pilih sebagai hadiah saat menang giveaway di blognya Ren. Saya cukup bersemangat ingin membaca buku ini karena bercerita mengenai cinta yang datang sesudah pernikahan. Ditambah lagi dengan konflik cinta lama yang kembali mengusik.

Dulu Mama saya pernah berkata, kalau sudah menikah cinta itu pasti datang. Tapi saya tetap penasaran kapan rasa itu timbul, apa yang menyebabkannya dan di titik mana pasangan tersebut sadar bahwa mereka saling mencintai? Kapan mereka menyadari bahwa pernikahan mereka bukan lagi hanya hasil sebuah perjodohan tetapi juga mengikat hati mereka berdua?

Itu hal-hal yang saya harapkan dari buku ini. Dan jujur saja, saya sangat kecewa...

Apa yang saya temukan di buku ini adalah sebuah perselingkuhan. Tidak adanya niat dan usaha untuk memenuhi janji pernikahan dan mempertahankannya.

Kehadiran orang ketiga merupakan hal yang wajar di munculkan dalam sebuah cerita cinta. Konflik yang dihadirkan untuk menantang kedua tokoh utama agar jujur dengan perasaannya dan saling percaya satu sama lain. Tetapi di buku ini kemunculan orang ketiga hanya memperjelas perasaan tokoh kita Cynara bahwa ia menikah dengan Ben hanya karena memenuhi keinginan orangtua.

Cynara adalah tokoh yang lemah yang berusaha menutupi perasaan bersalahnya dengan menuduh Ben berselingkuh padahal sebenarnya ia yang melakukan hal tersebut. Setiap pertemuan-pertemuannya dengan Elbert membuat saya muak dan semakin tidak menyukai Cynara. Dan di sepanjang buku saya menemukan terlalu banyak kalimat-kalimat yang kurang lebih menyatakan bahwa Cynara tidak pernah menginginkan Ben sebagai suami. Seolah-olah pernikahannya dengan Ben adalah sebuah kawin paksa.

Kalau saya mengharapkan melihat sebuah perjuangan di buku ini, itu saya dapatkan dari Ben. Mungkin karena perbedaan usia mereka yang cukup jauh, Ben bersikap lebih dewasa daripada Cynara. Bahkan saat Cynara menuduhnya macam-macam, Ben mampu menanggapi dengan bijak. Bahkan porsi kemarahan Ben saat tahu Cynara berselingkuh juga cukup pas.

Satu hal lagi yang menurut saya kurang memuaskan adalah konflik yang mulai dimunculkan dalam rentang pernikahan yang begitu singkat. Hanya dua  minggu!

Bagaimana perasaan antara Cynara dan Ben akan tumbuh dan berakar hanya dalam waktu dua minggu? Bukanlah lebih baik orang ketiga ini dimunculkan misalnya setelah setahun pernikahan mereka? Dalam rentang waktu tersebut keduanya sudah cukup mengenal sebagai suami istri sehingga tanpa disadari sebenarnya mereka sudah memiliki perasaan yang mendalam tapi belum ada faktor yang memicu kesadaran tersebut.

Karena ini adalah sebuah novel romans, bisa dibilang saya sudah tahu bagaimana akhir ceritanya. Ben dan Cynara pasti bersatu kembali. Dan di sepanjang cerita saya berharap agar Cynara sadar dan berjuang mendapatkan cinta Ben yang telah disia-siakannya. Tapi apa daya, lagi-lagi harapan saya tidak terkabulkan. Ben dan Cynara memang akhirnya bersama, tapi kebersamaan mereka itu seolah “diberikan” bukan hasil dari perjuangan mereka. 

Jadi kesimpulannya, membaca buku seolah sedang menikmati spagetti yang baru semenit direbus. Belum matang...

Friday, August 8, 2014

Dear Prudence by @danniefaizal




Judul                     : Dear Prudence
Pengarang           : @danniefaizal
Penerbit               : Bentang Belia
Tahun                   : 2014
ISBN                     : 978-602-7975-79-8
Halaman              : 252
Harga                   : Rp. 44.000,- (normal)


Sinopsis

Astaga, rambut gue pitak! Senior gue memangkas jambul kebanggaan gue dengan asal. Demi Tuhan, di sini ada ratusan mahasiswi bening yang salah satunya mungkin bisa gue ‘prospek’ ke depannya. Dengan rambut pitak begini, paling cuma perawan tua penjaga kantin yang bisa gue pacarin. 

"Lo kaya Klingon."
Coba lo bayangin, itu tadi komentar salah satu mahasiswi cantik di kampus gue, Prue. Harga diri gue langsung terjun bebas ke jurang. Klingon, karakter absurd di film Startrek yang berjidat lebar dan jelek banget.

Tapi sejak saat itu gue jatuh cinta sama cewek yang ngatain gue dengan kejam itu. Setiap hari, selama hampir dua tahun gue terus mengejarnya. Teman-teman bilang gue bodoh karena rela nunggu terlalu lama. Nyokap gue malah bilang; bahwa arus hidup kadang membawa kita ke tikungan lain, dan menyarankan agar coba melihat cewek lain. Tapi gue kekeuh, gue nggak mau ikut tikungan lain itu. Dalam hal cita-cita pun begitu. Gue pengin jadi Motion Graphic Designer besar, pokoknya menghasilkan suatu karya besar yang bikin nama gue diingat orang banyak, nggak ada cita-cita lain.

Tapi gue nggak pernah tahu, apakah gue benar ataukah nyokap gue yang benar….


Review

Irvine jatuh cinta kepada Prudence sejak dipanggil Klingon oleh Prue di masa orientasi mahasiswa baru di kampus mereka. Sejak saat itu sampai bertahun-tahun kemudian ia setia mencintai Prue, menemaninya (shopping) saat cewek itu membutuhkannya dan terus berusaha mencari celah yang tepat untuk menyatakan cinta.

Tapi bertahun-tahun berusaha pendekatan Irvine kepada Prue tak kunjung memberikan hasil. Sementara itu hidup terus berjalan, membawa Irvine ke kiri dan ke kanan, melaju mulus kemudian terantuk di jalan berlubang, membawa Irvine yang berusaha mewujudkan mimpi dan meraih cintanya.

Biasanya saya berusaha memberikan rangkuman isi cerita yang lebih panjang dalam mereview, tapi kali ini saya pengen lanjut aja ke hal-hal yang saya pikirkan saat membaca buku ini.

1. Saya suka cover bukunya.

Walaupun bukan penggemar Beatles dan baru tahu kalau ‘Dear Prudence’ adalah salah salah satu judul lagu mereka (setelah membaca review-review buku ini di goodreads), saya mengenali adegan di cover buku ini. Saya pernah melihat salah satu videoklip Beatles dimana para bujang tampan itu sedang menyeberangi jalan dengan bertelanjang kaki (betul ga ya?). Cover buku ini sangat beraroma Beatles.

2. SUKAAA pembatas bukunya! 

Mungil, unik dan cantik. Sayangnya terbuat dari bahan yang terlalu tipis sehingga kurang bisa melaksanakan fungsinya sebagai pembatas buku. Saya harus beberapa kali mencari sebelum bisa menemukan dihalaman berapa pembatas buku ini berada. Ujung-ujungnya saya menggunakan pembatas buku lain yang selalu tersedia dikamar saya saat membaca buku ini. Sepertinya pembatas buku ini mesti saya laminating dulu supaya bisa digunakan...

3. Walau hal ini sudah sering terjadi, tapi tetep aja bikin saya sedikit kecewa. Saya terkecoh dengan sinopsisnya...


Dari sinopsisnya saya membayangkan settingan waktu cerita ini adalah saat Irvine berada di awal tahun ketiga kuliahnya. Lihat kata-kata “masa orientasi” dan “...selama hampir dua tahun gue terus mengejarnya” di bagian sinopsis.

Ternyata saya salah. Alur waktu di buku ini berpindah-pindah dari masa sekarang (sesudah tamat kuliah) dan kemudian meloncat ke masa lalu Irvine (saat magang kuliah). Untung saja perpindahan settingan waktu ini cukup jelas sehingga tidak membuat saya bingung.

4. “Daftar Isi” yang unik

Buku ini terdiri dari beberapa bab yang terbagi lagi menjadi beberapa sub-sub bab. Setiap bab memiliki judul yang sama dengan salah satu judul lagu Beatles dan dilengkapi oleh gambar satu halaman penuh yang berbeda-beda tiap babnya. Yang uniknya, judul-judul bab ini dirangkum dalam sebuah ‘daftar isi’ di bagian awal buku dalam bentuk sebuah piringan hitam.

Saya kagum dengan kreatifitas dan keunikan penulis dan tim penerbit dalam mempersiapkan buku ini.

5. Tokoh-tokoh yang...

Sebagai tokoh utama di buku ini, Irvine sama sekali tidak membuat saya terkesan. Selama membaca buku ini saya merasa gemas (dalam artian negatif) kepada Irvine. Irvine bercita-cita untuk menjadi motion graphic designer ternama tapi ia meremehkan pekerjaan-pekerjaan kecil yang dipercayakan kepadanya. Bukankah sesuatu yang besar bermula dari hal-hal kecil?

Sifatnya yang pemalas tapi ingin dihargai dan etos kerja yang buruk benar-benar membuat saya mengernyitkan dahi. Apalagi saya membaca buku ini tidak lama sesudah membaca Career First.

Perkembangan karakter Irvine juga tidak terlalu terasa. Bahkan setelah menyebabkan perusahaan tempatnya magang dituntut milyaran rupiah. Ataupun ketika ibunya meninggal (spoiler). Hanya dibagian akhir terlihat perubahan Irvine dimana cowok ini ternyata mencapai sukses bukan dari hal yang diimpikannya, tetapi dari hal yang disukainya. Saya cukup menyukai Irvine di bagian ini.

Prudence sama sekali tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi jalan cerita. Setiap kali muncul kegiatan yang dilakukan oleh Prue adalah berbelanja atau menonton atau ke pesta. Satu-satunya momen saat saya bisa merasakan Prue adalah ketika Prue dan Irvine berlibur ke Kawah Putih. Yang juga merupakan satu-satunya adegan dimana Irvine benar-benar ‘bicara’ dengan Prue.

Lusy adalah satu-satunya tokoh yang menarik dibuku ini. Awalnya gadis ini terasa jutek dan sombong, atau terasa seperti itu karena saya mengenal Lusy dari sudut pandang Irvine. Tapi ternyata Lusy kemudian berubah menjadi teman tempat curhat Irvine tentang Prue. Kejutan terakhir mengenai Lusy membuat buku ini terasa manis buat saya :)

6. Judul?

Dear Prudence adalah judul buku ini. Tapi seperti yang saya tuliskan diatas, Prue sama sekali tidak memberikan pengaruh yang signifikan di buku ini. Bukan Prue yang menjadi tokoh utama, bukan pula Prue yang menjadi jalan cerita.

Buku ini berkisah mengenai seorang Irvine Suherman. Mengenai mimpinya untuk menjadi mograph designer yang menghasilkan karya besar dan dikenang lama, pengalamannya magang di sebuah TV berita nasional, lelucon-leluconnya yang kadang lucu kadang garing, perjalanan hidup yang ditoreh duka, dan juga mengenai cintanya yang seperti bertepuk sebelah tangan.

Bahkan ketika Irvine mencapai kesuksesannya itupun juga bukan karena Prue, tetapi karena kelihaian Irvine mencurahkan perasaan tentang Prue.

Bagi saya buku ini lebih terasa menyenandungkan “Hey Jude” daripada “Dear Prudence”.


Ketika menerima buku ini dari penulis, saya mendapatkan sebuah catatan ucapan terimakasih dari penulis karena sudah bersedia mereview buku ini. Well, seharusnya saya yang berterimakasih kepada Mas Dannie karena sudah mempercayakan harta berharganya ini kepada saya.

Inilah review jujur saya mengenai buku anda. Dan seperti yang dinyatakan Yeast, “...I have spread my dreams under your feet; Tread softly because you tread on my dreams...”, semoga tidak ada kata-kata saya yang menyinggung perasaan...

Dan sesuai tema buku ini yang begitu musikal, saya menulis review ini ditemani La Vie en Rose yang menurut saya sangat menggambarkan impian Irvine tentang Prue :)

Monday, July 7, 2014

Bacaan Saya: Kumpulan Dongeng Sedunia

Buku yang sangat berkesan bagi saya baik sewaktu kecil dulu sampe sekarang.





 Bacaan Saya: Kumpulan Dongeng Sedunia: Kumpulan Dongeng Sedunia merupakan salah satu buku yang paling bermakna dalam hidup saya. Bukan hanya karena buku ini hadiah kenaikan...

Sunday, June 29, 2014

[Blog Tour & GA] Pengumuman Pemenang GA People Like Us








Daaaannn.. akhirnya kita sampai ke pengumuman pemenang Blog Tour & Giveaway People Like Us di blog saya.


Saya senang sekali membaca jawaban-jawaban yang diberikan untuk pertanyaan saya : “Ending seperti apa yang kamu inginkan dari buku bergenre sicklit?”


Dari semua jawaban yang masuk ending sad end lebih banyak mendominasi, yang kemudian diikuti dengan ending happy end. Alasannya macam-macam karena emang sesuai keinginan pembaca.


Bahkan usul ending campuran juga banyak yang menarik, seperti membuat jalan cerita yang sesedih mungkin hingga bikin nangis dan kemudian diakhiri dengan ending bahagia.


Nah, setelah menyeleksi semua jawaban akhirnya saya memutuskan pemenang Giveaway People Like Us ini adalaaaaaahhhh...


Uchylusiy dan Ade Phia


Selamat untuk kedua pemenang! Masing-masing berhak mendapatkan hadiah 1 buku Haru berjudul Duet dan 1 sampul buku People Like Us kreasi Emerald Green Label.




Kedua pemenang akan saya hubungi melalui email, dan saya harapkan jawaban dalam waktu 2x24 jam. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak ada respon balik dari pemenang, kemenangannya akan saya batalkan dan pemenang baru akan dipilih kembali.
  
BUat yang belum menang jangan kecewa, masih ada KUIS FINALE dari Penerbit Haru dengan hadiah-hadiah yang jauh lebih menarik. Jangan lupa mengumpulkan huruf-huruf untuk KUIS FINALE Haru ya. Silakan datangi blog-blog ini untuk melihat huruf-huruf yang lainnya :)

16 Juni 2014: Zelie Petronella @ Book-Admirer
17 Juni 2014: Stefanie Sugia @ Bookie-Looker  
18 Juni 2014: Luckty @ Luckty si Pustakawin
19 Juni 2014: Non Inge @ Bacaan Inge  
20 Juni 2014: Ira Elvira @ Ira Membaca
21 Juni 2014: Atria Dewi Sartika @ My Little Library  
22 Juni 2014: Siti Robiah A'dawiyah @ Review Siro  
23 Juni 2014: Ocemei @ Ocemei's Little World  
24 Juni 2014: Ratri Anugrah Sari @ The Awesome Nerd  
25 Juni 2014: Oky Septya @ Kumpulan Sinopsis Buku
26 Juni 2014: Ask Author - Stefanie Sugia @ Bookie-Looker  
27 Juni 2014: Ask Author - Ira Elvira @ Ira Membaca
28 Juni 2014: Ask Author - Ratri Anugrah Sari @ The Awesome Nerd


Friday, June 27, 2014

[Blog Tour & GA] Ask Author People Like Us : Yosephine Monica




Apa kabar semuaaaaa...?

Di Blog Tour People Like Us ini kita kembali ke blog saya dengan topik Ask Author. Udah pada baca belum buku ini? Rugi lho kalo belum, buku ini bener-bener bagus dan berbeda dengan buku-buku lokal lainnya.

Nah, sebelum masuk ke bagian pertanyaan kepada pengarang, saya akan berikan sedikit keterangan yang saya ambil mengenai pengarang di bagian belakang buku People Like Us.

Yosephine Monica Valentina Simanjuntak lahir di Medan, 10 April 1997. Gemar menulis sejak kecil, tapi hanya berani memublikasikan karyanya lewat internet. Hobinya yang lain adalah membaca buku young adult dan manga, mendengarkan musik, dan tidur. Bercita-cita memiliki toko buku suatu saat nanti.

Mari kita masuk ke bagian pertanyaan :)

A : Saya baru selesai membaca buku ini dan terkesan dengan tokoh Amy yang begitu dewasa. Jadi pas lihat keterangan tentang penulis, saya cukup terkejut. Beneran kamu masih 17 tahun? Hehehe...

Q : Iyaaa, saya serius baru tujuh belas tahun bulan April lalu. Paman saya yang baca buku ini juga kaget, katanya buku ini seperti ditulis oleh orang dewasa hehehe..


A : Sejak kapan kamu mulai menulis? Apakah selama ini kamu memang membayangkan dirimu menjadi penulis atau adakah cita-cita lain yang ingin dicapai?

Q : Saya mulai menulis sejak kelas 5 SD. Saya dulu sebenarnya ingin jadi komikus, tapi apa daya tak bisa menggambar, saya cari cara lain untuk menyalurkan ide cerita tanpa perlu menggambar—yaitu dengan menulis. Tapi saya juga nggak mau cuma jadi penulis, saya ingin jadi insinyur atau arsitek.


A: Saya baca di bagian kata pengantar kamu bilang suka membaca. Genre buku apa saja yang kamu sukai?

Q : Saya paling suka young adult, adventure, romance, drama, dan family.


A : Siapa penulis favoritmu dan siapa yang mempengaruhi gaya menulis kamu?

Q : Penulis favorit saya Jennifer E. Smith. Dulu saya mencoba mengikuti gaya menulis Jennifer E. Smith dan penulis luar negeri lainnya, tapi saya pikir semakin lama gaya tulisan saya jadi tidak terlalu mirip dengan mereka – meskipun gaya menulis saya seperti novel terjemahan. 
(Well, saya kurang setuju dengan istilah ‘seperti novel terjemahan’ karena itu tergantung bagus tidaknya terjemahan si penerjemah. Hehehe... tapi karya Yosephine ini memang memiliki aroma novel luar, dari segi isi, bahasa dan pemikiran, yang menurut saya merupakan kelebihan Yosephine dibandingkan dengan penulis-penulis lokal lainnya).


A : Ide buku People Like Us ini datang darimana? Apakah terinspirasi dari buku yang kamu baca atau peristiwa yang ada di sekeliling kamu? Misalnya ada keluarga atau orang dekat yang pernah terkena kanker?

Q : Idenya terinspirasi dari buku (The Fault in Our Stars) dan juga orang yang ada di sekitar saya. Saya punya seorang teman yang suka dengan seseorang yang juga mengidap kanker seperti Amy.


A : Disalah satu bab kamu menulis untuk membayangkan karakter seorang tokoh, baik fisik dan kepribadiannya, bisa dengan membayangkan idola, figur publik atau orang yang dikagumi. Nah, adakah sosok nyata yang kamu gunakan untuk menggambarkan Ben? :)

Q : Hehehe, yang bagian ini saya malu jawabnya, jadi ketahuan deh saya ngefans sama siapa. Saya menggambarkan Ben seperti aktor Nicholas Hoult. Mari kita bayangkan aktor tersebut lebih kurus, saya pikir begitulah sosok Ben yang ada di bayangan saya
(Ah, saya kirain kamu terinspirasi dari cowok yang kamu sukai. Hehehe...)


A : Oh ya, di buku ini kamu menggambarkan 2 keluarga (Ben dan Amy) dimana kakek-neneknya tinggal bersama mereka. Saya cukup mengerti kenapa nenek Ben tinggal bersama keluarga Ben, mungkin karena sudah kehilangan suami dan anaknya (Ayah Ben). Tapi kenapa di keluarga Amy kakek dan neneknya juga tinggal bersama keluarga Amy?
Lokasi cerita ini adalah Boston, Amerika Serikat, dimana sepanjang pengetahuan saya orang-orangnya menjunjung tinggi kebebasan dan kemandirian. Bahkan sangat sering saya membaca buku dimana kakek/nenek menolak tinggal dengan anak-anaknya karena mereka memiliki kehidupan sendiri di lingkungan dan teman-teman yang sudah lama mereka kenal.

Q : Keluarga Amy tinggal di Newton, kota kecil di dekat Boston, di perumahan yang dibangun sudah lama sekali. Di sini saya juga ingin menunjukkan kalau Amy berada di komunitas yang kecil tapi ramai. Di kota-kota besar di AS, tipe orangnya memang tidak terlalu mementingkan keluarga lagi, tapi di kota kecil setahu saya ikatan keluarga masih cukup erat kok. Saya sudah mention ini di novel. Semoga bisa membantu! :)


A : Bagaimana reaksi kamu saat tahu jadi pemenang lomba 100 Days of Romance yang diadakan penerbit Haru?

Q : Saya senang sekali. Saking senangnya saya sampai nangis di tengah-tengah jam pelajaran hehehe. Misi awal saya hanyalah menyelesaikan sebuah cerita, bukan memenangkan sebuah perlombaan. Ini adalah cerita pertama saya yang punya akhir, jadi saya pesimis bakalan menang. Saking pesimisnya saya nggak berani mengecek timeline penerbit sampai pengumuman. Dan ternyata saya menang, dan saya sangat bersyukur karena apa yang saya dapat sekarang adalah lebih dari cukup.


A : Berapa lama kamu menyelesaikan buku ini dan berapa banyak yang diedit dari naskah aslinya sebelum dicetak?

Q : Cerita ini sudah muncul di benak saya sejak awal tahun lalu, tapi mulai berani saya kembangkan saat melihat perlombaan yang diadakan Penerbit Haru. Saya melanjutkan cerita ini mulai akhir Juni hingga Juli. Itu berarti menulis buku ini memakan waktu sekitar setengah tahun.
Tidak terlalu banyak yang diedit dari naskah asli, kebanyakan hanya sekedar beberapa adegan dan bagian yang tidak terlalu memengaruhi jalan cerita.


A : Apa pengalaman paling berkesan saat bekerja sama dengan Haru untuk menerbitkan buku ini?

Q : Hadiahnya, mungkin? Hehehe, nggak dong. Yang paling berkesan adalah bimbingan dan kerja sama mereka yang sangat baik. Saya nggak tahu kalau perjalanan menerbitkan novel itu ternyata sangat panjang, jadi beruntung sekali Penerbit Haru selalu membimbing saya dan sangat pengertian dalam masalah deadline – karena saat itu saya sedang sibuk ujian kelulusan SMA.


Nah, demikianlah perkenalan kita dengan author Yosephine Monica. Semoga semakin banyak yang mengenal Yosephine dan karyanya. Dan saya berharap Yosephine cepat menelurkan lagi sebuah karya yang manis seperti People Like Us :)

Oh ya, semoga di terima di Universitas dan jurusan idaman ya Yosephine 


Dan saya ulangi lagi biar ga pada lupa, selain giveaway yang diadakan oleh masing-masing blog yang mengikuti blog tour People Like Us ini, masih ada KUIS FINALE yang diadakan oleh Penerbit Haru lho.

Caranya gampang aja, Setiap blog yang mengadakan Blog Tour People Like Us akan menyediakan satu huruf yang mesti kamu simpan baik-baik. Huruf-huruf ini nantinya akan membentuk kata yang mesti kamu susun. Pemenang untuk KUIS FINALE ini akan dipilih oleh Penerbit Haru.

Hadiah KUIS FINALE ini menarik lho, yaitu:
1. Paket buku Haru
2. Ipad cover People Like Us dari Emerald Green Label
3. Totte Bag dari Emerald Green Label
  
Salah satu huruf bisa dilihat di postingan saya yang ini.

Ayo disimpan huruf dibawah ini, sebelum saya hapus pada tanggal 5 Juli 2014 :)




Masih belum mengumpulkan huruf-huruf untuk KUIS FINALE? Silakan datangi blog-blog ini untuk melihat huruf-huruf yang lainnya :)
16 Juni 2014: Zelie Petronella @ Book-Admirer
17 Juni 2014: Stefanie Sugia @ Bookie-Looker
18 Juni 2014: Luckty @ Luckty si Pustakawin
19 Juni 2014: Non Inge @ Bacaan Inge
20 Juni 2014: Ira Elvira @ Ira Membaca
21 Juni 2014: Atria Dewi Sartika @ My Little Library
22 Juni 2014: Siti Robiah A'dawiyah @ Review Siro
23 Juni 2014: Ocemei @ Ocemei's Little World
24 Juni 2014: Ratri Anugrah Sari @ The Awesome Nerd
25 Juni 2014: Oky Septya @ Kumpulan Sinopsis Buku
26 Juni 2014: Ask Author - Stefanie Sugia @ Bookie-Looker
27 Juni 2014: Ask Author - Ira Elvira @ Ira Membaca
28 Juni 2014: Ask Author - Ratri Anugrah Sari @ The Awesome Nerd

Hari ini Giveaway People Like Us di blog saya resmi ditutup. Pengumuman pemenang akan saya beritahukan dalam 1-2 hari ini. Semoga beruntung yaaa :)