Wednesday, April 18, 2012

Can't buy Me Love by Maggie Marr

Can't Buy Me Love
 
  • Judul                : Can't Buy Me Love
  • Pengarang         : Maggie Marr
  • Penerbit            : NLA Digital Liaison Platform
  • ISBN                 : 9781620510117
  • Halaman           : 144
  • Tanggal Terbit   : 28 Maret 2012

 My rating: 3 OF 5 STARS

Tema bos dan sekretaris/asisten/partner merupakan salah satu favorit saya. Yang penting dua-duanya sama-sama lajang, jadi ga ada tuh yang namanya si bos mencampakkan istrinya demi sekretaris yang lebih muda. Hehehehe...
Nah, buku ini bercerita mengenai Meg yang sudah menjadi asisten Cole Jackson selama 3 tahun. Itu prestasi yang tidak mudah diraih karena biasanya asisten Cole hanya tahan bekerja selama 6 bulan sebelum memutuskan berhenti.
Tapi tentu saja Meg tidak puas hanya menjadi asisten. Walaupun banyak yang meminangnya untuk pindah perusahaan, tapi Meg tetap setia kepada Cole. Jadi ketika Cole mempercayakan sebuah akuisisi perusahaan kepadanya Meg langsung kerja keras. Tapi ternyata pada saat-saat terakhir pemilik perusahaan yang mereka ambil alih menolak untuk menjual perusahaannya.
Akhirnya Cole-pun turun tangan. Ia langsung membawa Meg ke Costa Rica dimana Morton, si pemilik perusahaan yang mereka incar sedang berlibur bersama istrinya. Morton dan istrinya menyangka kalau Meg dan Cole itu pasangan. Jadi untuk memuluskan bisnis mereka, akhirnya Cole dan Meg berpura-pura sebagai pasangan.
Sebenarnya Meg sudah jatuh cinta kepada Cole sejak pertama bertemu. Klise emang, hehehe...
Tapi karena belajar dari pengalaman hidup ibunya yang selalu jatuh cinta kepada atasannya dan kemudian ditinggalkan begitu saja, Meg berusaha menyembunyikan perasaannya. Sedangkan Cole sendiri juga sebenarnya sudah jatuh cinta kepada Meg walaupun awal-awalnya dia sendiri ga sadar.
Ketika pada akhirnya mereka menjadi pasangan sesungguhnya, hantu-hantu dari masalalu selalu membayangi mereka dan menjadi penghambat dalam mencapai kebahagiaan mereka berdua.

Walaupun tema cerita ini sudah sangat banyak ditulis oleh para pengarang roman/Harlequin, tapi membaca buku ini tetap saja terasa bedanya. Mungkin karena setiap penulis punya ciri khas masing-masing kali ya.
Yang enaknya dari buku ini, sudut pandang kedua tokoh diceritakan. Jadi saat ada suatu kejadian, kita bisa tahu gimana pikiran dan perasaan Meg dan Cole pada saat itu. Walaupun awalnya kita kesel sama Meg atau Cole atas suatu keputusan yang mereka buat, akhirnya toh kita bisa nerima karena pemikiran mereka dijelaskan.
Tapi tetep kesal tuh, saat Cole menuduh Meg berkhianat hanya karena info ga jelas.
Kenapa ya di buku-buku seperti ini tokoh cowok lebih dipuja walaupun banyak sifat dan perbuatannya yang bikin pembaca (wanita) keki setengah mati???

No comments:

Post a Comment