Pengarang : Retni SB
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 9789792247718
Tahun : 2009
Halaman : 264
Rating : 3,5 of 5 stars
Rating : 3,5 of 5 stars
Sinopsis :
Puti Ranin berang sekali ketika Sangga Lazuardi menyerangnya di ruang publik, di koran. Sangga mengejeknya sebagai katak dalam tempurung yang mencoba berceloteh tentang dunia! karena berani memberi penilaian terhadap lukisan tanpa pengetahuan yang memadai.
Bah! Dia memang awam dalam soal seni, seni lukis khususnya, tapi apakah itu berarti dia tidak boleh mengapresiasi sebuah karya? Dan baginya, lukisan Pring menyentuh kalbunya. Sangga Lazuardi sangat pongah. Kesombongan lelaki itu membuat Puti mati-matian membela dan mengagumi Pring, pelukis yang dicela Sangga.
Namun yang tidak dimengertinya... Sangga Lazuardi selalu muncul dalam setiap langkah hidupnya.... Bagai siluman, Sangga selalu muncul di mana pun dirinya berada. Apa yang diinginkan lelaki yang telah menghinanya habis-habisan itu?
Puti Ranin berang sekali ketika Sangga Lazuardi menyerangnya di ruang publik, di koran. Sangga mengejeknya sebagai katak dalam tempurung yang mencoba berceloteh tentang dunia! karena berani memberi penilaian terhadap lukisan tanpa pengetahuan yang memadai.
Bah! Dia memang awam dalam soal seni, seni lukis khususnya, tapi apakah itu berarti dia tidak boleh mengapresiasi sebuah karya? Dan baginya, lukisan Pring menyentuh kalbunya. Sangga Lazuardi sangat pongah. Kesombongan lelaki itu membuat Puti mati-matian membela dan mengagumi Pring, pelukis yang dicela Sangga.
Namun yang tidak dimengertinya... Sangga Lazuardi selalu muncul dalam setiap langkah hidupnya.... Bagai siluman, Sangga selalu muncul di mana pun dirinya berada. Apa yang diinginkan lelaki yang telah menghinanya habis-habisan itu?
Puti Ranin bukanlah ahli lukisan.
Tapi ia suka mengunjungi pameran-pameran lukisan untuk menikmatinya dan sekedar
melepaskan diri dari rutinitas kesehariannya. Ketika ia melihat lukisan Pring
yang berjudul “Kucari Dirimu” Puti merasa tersentuh. Ia seperti dapat merasakan
emosi yang dalam dari lukisan tersebut.
Puti kemudian membuat sebuah artikel mengenai lukisan tersebut dan mengirimnya ke koran. Artikel tersebut kemudian diterbitkan. Tidak berapa lama Sangga Lazuardi membalas artikel Puti tersebut. menyebut Puti sebagai “katak dalam tempurung yang mencoba mengoceh tentang dunia”.
Spontan Puti murka. Emang salah kalau ia menyampaikan apa yang dirasakannya terhadap lukisan tersebut walaupun tidak punya ilmu di bidang seni rupa?
Dan saat ada kesempatan untuk bertemu dengan Sangga Lazuardi, Puti langsung mengambilnya. Dan ternyata dugaannya benar. Laki-laki itu adalah makhluk angkuh dan sombong. Dan ketika Puti mulai jatuh cinta kepada Pring, apakah keberadaan Sangga di sekitarnya adalah sebagai teman atau penghalang?
Yang pertama menarik saya untuk membeli buku ini adalah harganya yang lumayan murah saat itu karena lagi diskon yaitu 10rb. Dan kemudian adalah covernya. Setengah halaman di dominasi oleh warna hot pink dan setengahnya lagi diisi dengan lukisan bunga yang cantik. Setelah itu baru saya membaca sinopsis dibelakang buku. Dan menemukan alasan kedua yang membuat saya membeli buku ini.
Alasan tersebut adalah nama tokoh perempuannya, Puti, yang kalau di Minang adalah sebuah gelar kebangsawanan. Walaupun saya jarang menemukan orang bernama Puti di daerah saya kecuali mereka adalah keturunan bangsawan atau di anugerahi gelar tersebut melalui acara adat. Keterangan mengenai gelar Puti ini bisa dicek di wikipedia.
Saya jadi berpikir, apakah Puti ini keturunan Minang? Dan sampai selesai membaca buku ini satu-satunya hal mengenai Minang yang saya temui adalah Ina, sahabat Puti, yang “didandani model Padang” pada resepsi pernikahannya. Sedikit kecewa sih... :(
Kebetulan ngomong soal Ina, dia adalah tokoh yang paling tidak saya sukai di buku ini. Dari seorang yang digambarkan selalu menggunakan akal sehatnya, bagaimana mungkin ia bisa berubah sampai 180 derajat begitu? Jatuh cinta dengan begitu mudahnya, memutuskan pertunangan dengan Nico dan bahkan merusak persahabatannya dengan Puti. Dan kemudian dengan santainya kembali bertunangan dengan Nico. Tokoh yang satu ini sangat tidak masuk akal bagi saya.
Hubungan benci-cinta yang menjadi inti cerita ini sebenarnya sudah sering saya baca. Tetapi ga pernah bosan, apalagi kalau penulis pintar memainkan perasaan pembacanya. Puti yang biasanya humoris berubah jutek kalau sudah berhubungan dengan Sangga, sementara Sangga yang awalnya sombong berusaha mendekati Puti dengan baik-baik.
Saya bisa merasakan chemistry antara Puti dan Sangga dan sedikit heran dengan plot melingkar yang diberikan penulis sehingga kedua tokoh ini bisa bersama. Mengapa bukan Pring yang mempunyai rencana menjodohkan Puti dan Sangga? Ini terasa lebih masuk akal bagi saya, apalagi porsi Puti – Sangga emang lebih banyak di buku ini sementara Pring hanya sekedar nama.
Tapi secara keseluruhan saya cukup menikmati buku ini dan suka dengan cara penulisan dan gaya bahasa mbak Retni SB.
Untuk RC :
1. Lucky No. 14 (Bargain All The Way)
2. New Author RC
No comments:
Post a Comment