Judul : Hit List (Keller #2)
Pengarang : Lawrence Block
Penerbit : Harper Torch
Tahun : 2000
ISBN : 9780061030994
Halaman : 296
Rating : 3 of 5 stars
Sinopsis:
Keller is a regular guy.
He goes to the movies, works on his stamp collection. Call him for jury
duty and he serves without complaint. Then every so often he gets a
phone call from White Plains that sends him flying off somewhere to kill
a perfect stranger. Keller is a pro and very good at what he does. But
the jobs have started to go wrong. The realization is slow coming yet,
when it arrives, it is irrefutable: Someone out there is trying to hit
the hit man. Keller, God help him, has found his way onto somebody
else's hit list.
Review
Buku ini merupakan buku kedua dari seri Kellet the hitman. Saya sengaja membaca buku ini duluan karena buku pertama berisi beberapa cerpen mengenai misi Keller.
Cerita bermulai dari saat Keller turun dari pesawat untuk sebuah misi. Sepanjang misi tersebut ia sudah merasakan sebuah firasat buruk. Misinya berjalan dengan sukses, seperti biasa, tetapi kemudian Keller mendapati bahwa pasangan yang tinggal di kamar hotelnya yang lama ternyata mati ditembak. Kalau saja malam itu Keller tidak meminta pindah kamar sudah pasti ia yang akan menjadi korban.
Kejadian yang sama berulang kembali saat Keller baru menyelesaikan sebuah misi yang lain. Ia sangat kelaparan dan memutuskan singgah disebuah kafe dalam perjalanan pulang. Saat selelesai makan Keller mendapati bahwa mantel hujan dan payung yang dibawanya telah hilang dicuri orang.
Keesokan harinya Keller membaca sebuah artikel mengenai ditemukannya sesosok mayat dengan dua tembakan dikepala dan mengenakan mantel hujan yang sesuai dengan deskripsi mantel Keller. Saat itu juga Keller sadar bahwa ia sedang diburu seseorang.
Membaca buku ini niat awalnya buat menuhin target genre 101 thriller di new author reading challenge. Tapi sepertinya mesti cari buku lain deh karena ga ada thrill-nya sama sekali baca buku ini.
Kalau misalnya kita membaca novel bertokoh utama seorang hitman pasti harapannya bakal mendapakan adegan-adegan cepat penuh aksi dengan rencana-rencana pembunuhan yang rapi dan rumit.
Tapi Keller, si tokoh utama, memang lain daripada yang lain. Selain sebagai pembunuh bayaran ia juga seorang kolektor prangko, pengkhayal dan warga negara yang baik yang juga menjalankan kewajibannya sebagai seorang juri saat terpilih. Bayangkan saja bagaimana si pembunuh bayaran ini mesti memutuskan apakah si penadah barang curian di sidang yang diikuti terbukti bersalah atau tidak.
Fokus dari buku ini bukan hanya mengenai pekerjaan Keller sebagai seorang hitman, tetapi mengenai dirinya diluar pekerjaan tersebut. Tentang kehidupan pribadinya yang cukup normal, hubungan romantisnya dengan seorang pengrajin perhiasan ataupun juga kerisauan akan bentuk jempolnya yang agak aneh yang dikenal dengan nama 'jempol pembunuh'. Apakah jempol ini yang membuat ia ditakdirkan menjadi seorang pembunuh bayaran?
Sebagian besar isi buku ini berisi percakapam antara Keller dan Dot, si perantara yang memberikan target-target yang mesti dihabisi Keller. Pembicaraan mereka kadang terasa absurd, membingungkan, dan melompat-lompat tapi anehnya tetap berkesinambungan. Mengingatkan saya akan dialog-dialog Josh Harnett dan Lucy Liu di film Lucky Number Slevin.
Setiap kali mendapatkan target, Keller akan mengintai si target tersebut dulu. Dan di sela-sela pengintaian tersebut kadang ia membuat cerita sendiri tentang targetnya yang membuat ia merasa mengenal mereka dengan dekat. Tapi ketika saatnya untuk beraksi Keller sama sekali tidak ragu-ragu sehingga misi tercapai dan si target hanya menjadi kenangan hitam putih yang makin lama makin mengecil di benaknya.
Untuk orang-orang yang terbiasa membaca novel action beralur cepat, buku ini akan terasa membosankan. Tapi buat saya... udah terlanjur jatuh cinta ama Keller dan percakapannya dengan Dot yang ganjil dan penuh humor kering yang terkadang sinis :)
No comments:
Post a Comment