Judul :
Catatan Semusim
Pengarang :
Tyas Effendi
Penerbit :
GagasMedia
Tahun :
2012
Halaman :
267
ISBN :
979-780-471-2
Rating : 2,5 of 5 stars
Gema dan Tia dipertemukan oleh hujan di sebuah shelter dekat
Gereja Katedral Bogor. Dan lonceng gereja jugalah yang memisahkan mereka.
Pertemuan ini membawa kesan bagi keduanya. Apalagi kemudian
mereka sering bertemu di shelter tersebut untuk menghindari hujan. Dan
pertemuan-pertemuan tidak disengaja berikutnya membuat keduanya semakin dekat.
Perasaan mereka berkembang walaupun tidak ada seorangpun yang saling
menyatakan.
Tetapi nasib buruk menimpa Gema, membuat ia berpikir dirinya
tidak pantas disandingkan dengan Tia. Sebuah jalan keluarpun datang dan ia
mengambilnya, meninggalkan Tia menuju benua yang berbeda.
Masih penasaran, Tia berusaha menyusul Gema. Apakah kali ini mereka akan bisa bersama ataukah memang takdir yang menentukan bahwa mereka tidak bisa bersatu.
Bikin ringkasan novel ini sedikit membuat saya bingung.
Kalau dinovel ini ringkasan cerita yang saya bikin pendek karena emang novelnya
yang pendek banget, di Catatan Semusim ini saya malah ga tau mau menceritakan
apa.
Pertama-tama saya mesti bilang I LOVE THE COVER! Saking sukanya saya pasang ukuran besar cover buku ini di postingan saya :)
Tema cerita yang diangkatpun bolehlah, apalagi menunggu di
bawah shelter menunggu hujan reda bersama seorang cowok yang asyik
mencoret-coret buku sketsanya lumayan romantis untuk dibayangkan. Dan walaupun
Bogor tidak terlalu banyak dideskripsikan tetapi cukup memicu saya untuk
mengenang kembali kota yang pernah saya singgahi 8 tahun yang lalu itu.
Tapi paling saya rasakan saat membaca buku ini adalah
kurangnya chemistry diantara
tokoh-tokoh kita. Dibilang kurangpun rasanya terlalu berlebihan. Tidak ada
chemistry yang terasa diantara Gema dan Tia. Datar saja.
Dan karena cerita yang datar ini, apa kesan yang bisa saya
tuliskan tentang buku ini?
Jelas tidak ada. Paling hanya tentang kota Lille, yang sama sekali tidak berasa Prancis (kecuali namanya).
Jelas tidak ada. Paling hanya tentang kota Lille, yang sama sekali tidak berasa Prancis (kecuali namanya).
Austin
Andrew
Mr. Stephan
Aaron
Miss Anne
Kalau saya menunjukkan kelompok nama diatas kepada
orang-orang yang belum membaca buku ini dan bertanya dimana lokasi yang pantas
untuk nama-nama diatas, saya hampir 100% yakin tidak akan ada yang mengatakan
Prancis.
Untuk mendukung suasana Prancis dibuku ini mengapa tidak
menggunakan nama-nama khas Prancis? Untuk Austin bisalah ditenggang dikit
karena emang berasal dari Amerika. Tapi untuk nama-nama lainnya kenapa tidak
menggunakan nama Pierre, Jacques, Anton atau Jean Luc misalnya? Alih-alih
menggunakan Mr. Stephan dan Miss Anne kenapa tidak diganti menjadi Monsieur Stevan atau Mademoiselle Antoinette?
Dan begitu banyak penggunaan kalimat-kalimat berbahasa
Inggris sehingga saya merasa seharusnya setting cerita dipindahkan kesalah satu
kota di Amerika atau Inggris saja.
Apa untuk menunjukkan bahwa settingan ceritanya diluar
negeri? Kalau begitu gunakan ungkapan-ungkapan dalam bahasa Prancis dan
kemudian terjemahkan bagi pembaca yang tidak bisa berbahasa Prancis seperti
saya.
Saya berharap ada spark
yang menghangatkan buku ini, bukan hanya mendapatkan gigilan dari musim
penghujan Bogor dan musim dingin Lille.
Buku ini merupakan salah satu
buku dari Kado Untuk Blogger yang dihadiahkan oleh GagasMedia dalam menyambut
ultahnya yang ke-10 tahun.
Silakan lihat kado yang lainnya :
Lucunya lagi orang Perancis mah ogah kan ya ngomong Inggris..
ReplyDeleteMantap reviewnya mbak! ;)
thanks Citra :)
Deletekejebak manisnya sinopsis. semoga tidak kecewa baca... makasih reviewnya
ReplyDeletesama-sama.. semoga suka bukunya, banyak juga yang suka lho...
Deleteterimakasih sudah berkunjung ya :)