Judul : Friends Don't Kiss
Pengarang : Syafrina Siregar
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2014
ISBN : 9786020310787
Halaman : 208
Rating : 2 of 5 stars
Pengarang : Syafrina Siregar
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2014
ISBN : 9786020310787
Halaman : 208
Rating : 2 of 5 stars
Bagi Mia Ramsy, menyusui
adalah salah satu ekspresi cinta terbesar seorang ibu bagi anaknya.
Tapi bagi Ryan Subagyo, setiap mendengar kata “menyusui”, yang muncul di
benaknya hanyalah bayangan payudara wanita.
Namun, kegigihan Mia memperjuangkan hak setiap bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif lewat Indonesian Breastfeeding Mothers—organisasi nirlaba tempat gadis itu mengabdi—justru semakin membuat Ryan jatuh cinta padanya.
Ryan semakin yakin Mia berbeda dari gadis-gadis yang selama ini ia temui. Kekayaan, kesuksesan, dan ketampanannya memang membuat Ryan dikejar banyak gadis, tetapi belum ada yang mampu menggetarkan hatinya. Hanya Mia yang mampu membuat Ryan untuk pertama kalinya memikirkan pernikahan.
Namun, apakah lamaran Ryan akan diterima jika gadis itu mengetahui siapa Ryan Subagyo sebenarnya?
Namun, kegigihan Mia memperjuangkan hak setiap bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif lewat Indonesian Breastfeeding Mothers—organisasi nirlaba tempat gadis itu mengabdi—justru semakin membuat Ryan jatuh cinta padanya.
Ryan semakin yakin Mia berbeda dari gadis-gadis yang selama ini ia temui. Kekayaan, kesuksesan, dan ketampanannya memang membuat Ryan dikejar banyak gadis, tetapi belum ada yang mampu menggetarkan hatinya. Hanya Mia yang mampu membuat Ryan untuk pertama kalinya memikirkan pernikahan.
Namun, apakah lamaran Ryan akan diterima jika gadis itu mengetahui siapa Ryan Subagyo sebenarnya?
Mia Ramsy, gadis mungil berambut pendek, adalah seorang konselor laktasi di sebuah organisasi nirlaba IBM - Indonesian Breastfeeding Mothers - yang mensosialisasikan kepada ibu hamil/baru melahirkan perlunya ASI eksklusif hingga bayi berumur enam bulan. Kemudian dilanjutkan dengan Makanan Pendamping ASI hingga bayi berumur dua tahun.
Tetapi perjuangan organisasi mereka ini dibuat sulit oleh produsen-produsen susu, terutama dari Prima Gold yang merupakan produsen susu paling ternama di Indonesia. Bagi Mia cara-cara marketing mereka terkesan licik dan curang serta mempengaruhi para ibu hamil agar meninggkan ASI dan mengantikannya dengan susu formula produk mereka. Padahal ada ketetapan dari pemerintah mengenai pemasaran pengganti Air Susu Ibu bagi bayi dibawah satu tahun. Dan Prima Gold telah banyak melanggar aturan-aturan tersebut.
Pemilik Prima Gold adalah Ryan Subagyo, anak tunggal keluarga Subagyo yang kekayaan keluarganya terdaftar dalam Fortune 500. Prima Gold merupakan perusahaan yang dikelolanya sendiri dan memberikan untung berkali-kali lipat selama beberapa tahun terakhir. Untuk tahun ini ia memberikan target dua kali lipat kepada tim marketingnya agar mendapatkan laba yang lebih dari tahun sebelumnya.
Namun kemudian ia menabrak mobil Mia di sebuah pelataran rumah sakit. Sikap Mia yang tidak memuja-muja atau langsung naksir padanya membuat Ryan tertarik. Tidak pernah ia bertemu gadis yang tidak tertarik pada ketampanan dan kekayaannya. Apalagi kemudian ia mendapati setelah peristiwa tabrakan itu Mia sama sekali tidak mengingatnya. Tidak mungkin kau melupakan orang yang kau tabrak dua minggu yang lalu kan?
Dan kemudian.Ryan mengetahui bahwa soal tabrak menabrak orang bukan hal baru buat Mia. Mungkin itu sebabnya gadis itu punya bengkel sendiri.
Semakin mengenal Mia semakin Ryan tertarik kepadanya. Tapi bagaimana caranya memberitahu Mia bahwa Ryan adalah pemilik Prima Gold yang sangat dibenci Mia?
Membaca buku ini membawa sebuah pengalaman baru bagi saya dalam dunia per-ASI-an. Di timeline facebook saya sih banyak berseliweran shared postingan mengenai MPASI (Makanan Pendamping ASI) dari para ibu-ibu muda, tapi belum ada yang share tentang ASI. Jadi lumayan banyak dapat ilmu baru dari buku ini :)
Dalam dua tahun terakhir ini saya memiliki tiga orang keponakan baru sehingga cukup tahu mengenai ASI eksklusif yang enam bulan itu. Tapi hanya sebatas itu pengetahuan saya mengenainya. Buku ini cukup informatif mengenai permasalahan-permasalahan yang dialami ibu hamil/baru melahirkan. Beberapa informasi diberikan sedikit menyeluruh, terutama saat Mia dengan bersemangat bercerita tentang pekerjaannya di IBM. Beberapa informasi diberikan sepotong-sepotong di awal dengan beberapa penjelasan kemudian. Cara ini cukup bagus menurut saya sehingga tidak terjadi tumpahan informasi yang bisa membuah buku ini menjadi membosankan.
Tetapi pada beberapa informasi sepotong yang diberikan saya dapati rentang informasi lanjutannya cukup jauh dari informasi awal sehingga membuat saya jadi tidak sabaran. Contohnya mengenai Inisiasi Melahirkan Dini.
Lia, adik Mia, begitu ribut mengenai gagalnya ia melakukan IMD karena Mia telat datang ke rumah sakit saat Lia melahirkan. Saya sudah penasaran mengenai IMD ini dan apa pentingnya bagi ibu dan anak. Sampai beberapa bab saya lewati dan masih belum mendapatkan informasi tambahannya. Ujung-ujungnya saya malah google, dan akhirnya keasyikan menekan link demi link yang membawa saya ke dunia baru ibu dan bayinya.
Bagaimana dengan nasib buku ini? Untuk hari itu saya cukupkan membaca buku Friends Don't Kiss ini karena perhatian saya sudah teralihkan. Dan ketika memulai kembali keesokan harinya cukup lama waktu yang saya butuhkan agar mendapatkan ketertarikan membaca buku ini lagi.
Jadi, menurut saya memberikan informasi sepotong-sepotong itu cukup bagus untuk memancing keingintahuan pembaca tetapi jangan sampai terlalu lama digantung sehingga pembaca kehilangan minatnya.
Alur ceritanya termasuk lancar dengan kaitan-kaitan peristiwa yang menghubungkan Mia dan Ryan. Pertemuan pertama mereka cukup lucu, apalagi dengan kebiasaan Mia yang menabrak mobil orang, terutama di parkiran. Pas Ryan mengantar mobilnya ke bengkel yang direkomendasikan Mia ia juga cukup terkejut dengan para pekerja yang sudah cukup sering berhadapan dengan para korban Mia. Jujur saja, ini satu-satunya hal menarik dalam diri Mia yang saya temukan di buku ini.
Ada beberapa bagian yang membuat saya bergidik, yaitu saat Ryan tiba-tiba sudah ada di apartemen Mia saat gadis itu pulang. Dan itu tidak terjadi sekali dua kali saja. Adegan itu bukannya terlihat romantis malah terasa creepy banget buat saya.
Ada beberapa bagian yang membuat saya bergidik, yaitu saat Ryan tiba-tiba sudah ada di apartemen Mia saat gadis itu pulang. Dan itu tidak terjadi sekali dua kali saja. Adegan itu bukannya terlihat romantis malah terasa creepy banget buat saya.
Mia, si tokoh utama, bukanlah tokoh yang saya sukai. Ia memiliki sikap holy than thou yang sangat menjengkelkan. Dan sikapnya itu dijabarkan dengan baik oleh Lia.
"Tapi buat gue, profesi lo sebagai konselor selalu menyalahkan gue. Dari awal gue melahirkan Aini, lo selalu menyudutkan gue. Menyuruh gue jangan begini, jangan begitu. Lo tahu Mia? Sikap lo itu bener-bener menjengkelkan. Lo menganggap setiap ibu yang tidak bisa menyusui adalah ibu yang buruk. Seakan-akan barometer dalam menilai seorang ibu terletak pada kemampuannya menyusui!"
Touche!
Hanya ada hitam dan putih bagi Mia dalam dunia susu menyusui. ASI atau tidak!
Tidak ada alasan lain, kecuali si ibu mati saat melahirkan sehingga si bayi tidak bisa menyusu. Bagi Mia semua permasalah menyusui hanya ada di pikiran para ibu muda tersebut. Air susu kurang? Itu karena si ibu berpikir air susunya kurang maka tubuh merespon dengan menghasilkan air susu sedikit. Kalau si ibu berpikiran positif, air susu pasti melimpah ruah hingga bisa memenuhi kebutuhan si bayi. Apa Mia pernah berpikir bagaimana kondisi mental seorang ibu yang baru saja melewati rasa sakit melahirkan sehingga untuk berpikir positif mungkin terasa sungguh melelahkan?
Lagipula, kalau semua hal bisa diselesaikan dengan pikiran, kanker dan AIDS tidak akan menjadi penyakit yang begitu mengerikan.
Sementara Ryan, seperti yang sudah saya katakan tadi, creepy. Mungkin Ryan memang ingin digambarkan sebagai alpha super dominan, tapi jatuhnya malah menjengkelkan. Dan creepy!
Perlu berapa kali yah saya sebutkan kan itu? Creepy!
Satu-satunya yang bernilai positif dari Ryan adalah kegigihannya mendapatkan Mia. Apalagi ketika Mia mengetahui siapa Ryan sebenarnya. Bahkan pengorbanan terakhirnya -yang ngomong-ngomong sangat lebay, tidak masuk dan membuat saya pertanyakan kualitasnya sebagai pengusaha- tetap ditolak dan dipandang sebelah mata oleh Mia.
Alasan Mia yang intinya adalah 'Kamu Prima Gold, aku pendukung ASI' sungguh-sungguh nggak masuk akal. Kecuali kalo alasannya perbedaan agama, atau ternyata diam-diam Mia dan Ryan saudara sedarah, memang sudah tidak bisa dikompromikan lagi.
Sungguh si Mia ini bikin saya sakit kepala.
Malah ketika cerita ini berakhir saya jadi bertanya-tanya. Dengan pengorbanan sebesar yang dilakukan Ryan akan seimbangkah hubungan mereka?
Kalau yang ditakutkan Mia adalah suatu hari nanti Ryan kembali membangun Prima Gold, yang saya prihatinkan adalah Ryan yang mempertanyakan bukti cinta Mia. Dengan semua yang sudah Ryan lakukan untuk Mia, apa yang sudah Mia berikan untuk Ryan?
Kalau ditelusuri lagi buku ini dari awal, jawabannya adalah tidak ada.
Haha aku ikutan lomba review buku ini eh malah kukasih 1 bintang. *tepok jidat* Data peraturannya juga salah pula. Haiyah.
ReplyDeletehahaha... aku tadi mau tag ke resensi pilihannya GPU, tapi abis itu mundur teratur aja. kayaknya yang bintang dua nggak bakal dilirik deh :)
Delete