Rating 5 of 5 stars
“Believe is half of all healing..”
Rasanya ga ada enak-enaknya baca buku ini. Dari awal sampe akhir bawaannya sendu melulu. Pengen nangis juga. Inilah sebabnya maka saya paling bete baca buku yang sedih-sedih. Selesai baca buku seperti itu biasanya terbawa moody selama berhari-hari.
Waktu menandai buku ini menjadi
wishlist tahun kemaren saya pikir ini cerita fantasy biasa dengan cover yang
sangat indah. Salah saya juga sih, ga baca review-review dari goodreaders lain.
Tapi, apa saya nyesel udah baca
buku ini?
Dengan lantang saya bakal bilang
TIDAK!
Malah saya berniat untuk
mengulang baca buku ini dalam waktu dekat. Hmm.. mungkin awal tahun depan deh,
karena bulan ini saya bakal sibuk mengejar ketinggalan challenge saya.
Penasaran dengan ceritanya,
berikut saya kasih intipan dikit :)
Hampir setiap malam Connor
bermimpi buruk. Mimpi yang sama, yang dimulai saat pertama kali ibunya didiagnosa
penyakit kanker. Mimpi yang membuat ia terbangun dengan nafas tersengal dan
tubuh bersimbah keringat.
Hingga suatu malam ia mendengar
suara yang memanggilnya. Ketika menengok keluar jendela, ia melihat sebatang
pohon yew, yang biasa berdiri kokoh
di halaman gereja di bukit, telah pindah ke halaman rumahnya. Pohon ini
kemudian berubah wujud menjadi monster yang sangat besar.
Connor sedikit kecewa. Monster
dihadapannya tidak semengerikan monster yang ada didalam mimpinya.
Si monster-pun keheranan. Ini
pertamakali dalam sejarahnya yang sangat panjang, ada anak manusia yang tidak
gemetar dihadapannya.
Si monster kemudian berkata bahwa
ia datang karena dipanggil oleh Connor. Ia akan menceritakan 3 kisah kepada
Connor, dan kemudian Connor harus menceritakan kisah keempat kepadanya. Kisah tentang
kebenaran. Connor-pun bingung, ia tidak pernah merasa memanggil monster
manapun.
Kisah-kisah yang diceritakan
monster pohon yew terasa tidak masuk
diakal bagi Connor. Bagaimana bisa seorang penyihir jahat diselamatkan dan
pangeran pembunuh dielukan? Mengapa seorang alkemis yang tidak mau menolong
dibenarkan sementara pendeta yang kehilangan putri-putrinya mendapat hukuman? Bagaimana
mungkin orang-orang yang tidak terlihat malah lebih merasa kesepian saat
menjadi pusat perhatian?
Dan saat cerita keempat harus
disampaikan, kebenaran apakah yang akan diceritakan oleh Connor?
“Stories were wild, wild animal and went off in directions you couldn’t expect.”
Buku ini lumayan tipis sehingga
saya bisa membacanya dalam waktu singkat, dan juga karena saya ga bisa berhenti
membacanya sih...
Sepanjang membaca buku ini saya
terus terpikir, apa tujuan dari cerita ini? Apa yang ingin disampaikan penulis
kepada pembacanya? Bahkan sampai Connor menceritakan kebenarannya kepada
monster pohon yew saya masih belum
bisa membaca arah cerita ini.
Tetapi banyak yang bisa saya
rasakan. Saya bisa merasakan kepedihan Connor yang melihat ibunya
perlahan-lahan seperti menghilang, kemarahannya karena harus tinggal dengan
neneknya yang sangat rapi dan perfectionis sehingga tidak ada ruang untuk
anak-anak di rumahnya. Juga kemarahannya kepada ayahnya yang telah memiliki
keluarga baru sehingga jarang memiliki waktu untuknya. Keputusasaannya saat ia
mengharapkan pertolongan dari monster pohon yew.
Dan ketika saya sampai ke titik
yang ingin dijelaskan oleh penulis, saya mengerti. Saya mengerti bahwa itu
semua adalah manusiawi...
Buku ini ditulis oleh Patrick
Ness dengan bahasa yang indah dan ide cerita ini adalah milik Siobhan Dowd,
penulis pemenang penghargaan yang telah meninggal.
Sebelum membaca buku ini saya
belum pernah membaca satupun karya kedua penulis ini. tapi setelah buku ini,
jelas buku-buku kedua penulis ini akan masuk kedalam daftar to-read saya.
"You do not write your life with words... You write it with action. What you think is not important. It is only important what you do."
oh my, ini wishlist sepanjang masaku yang pernah masuk WW tapi belom kesampean huhuhu pengen bacaaaaa....suka sama patrick ness!!!
ReplyDeleteAku jadi suka patrick ness karena baca buku ini :)
ReplyDeleteburuan diwujudkan WW-nya mba Astrid, rugi ga baca buku ini. hehehehe..